Rabu, 24 Februari 2010

Tumbuh Bersama Anak Misioner


Aku dipanggil bukan untuk sukses melainkan untuk setia. Meski kadang penuh dengan misteri yang sukar dipahami, Tuhan menyatakan diri melalui berbagai cara dalam setiap peristiwa. Tuhan telah menyediakan banyak kesempatan, sarana dan lahan subur sumber inspirasi bagi manusia dan orang-orang terpanggil khususnya untuk mengerti dan menanggapi panggilannya.
Tuhan berbicara kepada kita tentang harapan dan kehendak-Nya, melalui berbagai peristiwa dan kejadian hidup yang sepintas tampak sederhana bahkan sering diabaikan, namun darinya kita dituntut untuk membuat keputusan dalam hidup.
Awal mulanya motivasi panggilan saya bertumbuh karena melihat bersahajanya kehidupan seorang Suster, yang hadir bergaul dengan anak-anak Bina Iman di parokiku yang sekarang lebih dikenal disebut Anak-anak Misioner. Cara suster itu mendampingi anak-anak penuh keakraban, persaudaraan, sabar, pandai bercerita tentang orang-orang kudus, pandai bernyanyi, dan kreatif membuat permainan yang menggembirakan, hati saya tertarik dan terpikat. Aku mulai berpikir dan merenung. Tuhan, melalui hal yang sederhana ini saya disapa untuk mengikuti-Mu, bukan untuk sukses dan menjadi hebat tetapi dipanggil untuk setia dan tetap sederhana. Pengalaman awal merasa tertarik, akhirnya membatin dan membekas dalam diriku, semangat kedekatan kasih terhadap anak-anak. Pengalaman ini pulalah yang meneguhkan dan menopang semangatku untuk tetap setia mendampingi anak-anak SEKAMI selama beberapa tahun ini.
Bagiku pelayanan sederhana ini adalah bagian dari perutusan Kongregasi yakni menanamkan nilai-nilai luhur dan iman kepada keluarga-keluarga khususnya pada anak-anak.Anak adalah bagian dari keluarga dan sangat membutuhkan pendampingan dan bimbingan.
Kini, jumlah anak-anak SEKAMI yang didampingi selalu bertambah yang dibimbing seminggu sekali dari usia TK sampai SD. Bersama kakak pendamping yang dulunya adalah anak SEKAMI dan kini masih tertarik dan senang mendampingi adik-adik.
Ada tantangan tersendiri dalam pendampingan meski apalagi dengan adanya pembatasan untuk mengembangkan kelompok basis.
Anak-anak SEKAMI dibimbing dalam berbagai kegiatan sesuai semangat visi dan misinya 2D 2K ( Doa, Derma, Kurban, dan Kesaksian) dengan memiliki motto “Children Helping Children”. Mereka didampingi untuk memelihara kebersihan gereja, menjadi putra altar, mengumpulkan dana untuk anak-anak miskin, mengunjungi orang sakit, berziarah pada bulan Maria, doa rosario 5 benua, petugas koor dan tata laksana di Kapel St. Theresia.
Pengalaman mendampingi mereka, melihat perkembangan semangat dan keaktifan, tanpa disadari telah memupuk, memperkembangkan dan menyehatkan benih panggilan dan pelayananku. Kehadiran mereka memberi inspirasi bagiku, untuk memaknai panggilan dan perutusanku dengan semangat kasih, pemberian diri, pengorbanan diri yang tulus dan murni, bersukacita dan bergembira selalu dalam Tuhan. ***
]

  By : Beatrix, KKS

KAUL PERDANA, MENANGGAPI SAPAAN ALLAH

Senja di penghujung barat menunjukkan pukul 17.00 WIB, matahari yang berwarna cerah kekuning-kuningan yang teduh disertai udara sejuk sore yang segar dan hembusan angin sepoi-sepoi ikut menghantar langkakeempat suster novis yang telah selesai masa novisiat mereka , dan kini mereka mau mengikrarkan kaul perdana. Mereka adalah Sr. Silvia Margaretha, Sr. Dominika Barberi, Sr, Koleta, dan Sr. Blandina Sisilia. Dengan wajah berseri dan langkah yang pasti , mereka memasuki Kapel Novisiat. Mereka berempat mau menyerahkan diri pada Kongregasi KKS.
Perayaan diawali dengan misa kudus yang dipimpin oleh Vikjen Keuskupan Pangkalpinang Rm. Hendrawinata, Pr. dengan dua imam konselebran Rm. Lauren, Pr , Rm. Dionsius Daniel, Pr. Perayaan meriah ini dihadiri oleh para imam, suster, bruder, dan umat setempat.
Dalam Khotbah, Pastor Loren menegaskan bahwa kaul perdana merupakan suatu rahmat yang paling besar, di mana tidak seorangpun tahu akan rahmat dan rencana-Nya untuk memanggil seseorang, karena semuanya berawal dari inisiatif Allah sendiri bagi manusia. Tanggapan atas inisiatif Allah bagi keempat suster ini adalah dengan menjawab YA! Untuk menyerahkan diri pada-Nya lewat Kongregasi KKS, dengan hidup menurut spiritualitas dan semangat Keluarga Kudus dengan misi utama pelayanan terhadap Keluarga. Beliau juga menegaskan bahwa kaul yang dikrarkan bukanlah suatu ketakutan ataupun paksaan dari pihak manapun tetapi merupakan suatu komitmen yang tulus dari pribadi yang terpanggil untuk menyerahkan diri dengan mengikuti Kristus dalam seluruh hidupnya berdasarkan konstitusi, direktorium, Sabda Tuhan sebagai penopang hidup untuk memenuhi kehendak Allah.
Selesai Perayaan Ekaristi kegembiraan dilengkapi dengan ramah tamah bersama di refter Novisiat. Wajah ceria dan senyum bahagia mereka terpantul dengan harapan bahwa mereka berempat mampu untuk menjalankan tugas dan perutusan dari Kongregasi. Harapan mereka dari semua hadirin adalah dukungan doa yang kuat agar mereka sanggup menjalankan dan merealisasikan nilai-nilai rohani yang telah ditanamkan di masa Novisiat dan dapat mengabdikan diri melalui Kongregasi, demikian Sr. Dominika Barberi saat memberi kata sambutan yang mewakili ketiga temannya. Selamat berbahagia atas kemauan dan keberanian mereka untuk mengikuti Kristus dalam Kongregasi. Proficiat .***

Sr. Madelein, KKS

SIAP SEDIA DAN SETIA DALAM PELAYANAN

Keberadaan kita sebagai orang beriman dan terutama sebagai religius KKS tidak diukur dari seberapa banyak kita menorehkan sejarah kesuksesan dalam tugas dan karya yang kita emban.Tidak terletak pada seberapa banyak uang yang telah kita terima sebagai upah kerja kita yang telah kita serahkan kepada Komunitas, tidak juga terletak pada berapa banyak anak yang menjadi pintar karena jerih lelah kita, seberapa banyak orang miskin yang telah kita bantu atau seberapa banyak proyek yang telah kita entaskan dari hasil buah pikiran dan kerja keras kita. Sebagai religius keberadaan kita tidak diukur dari deretan kesuksesan tetapi ditilik dari seberapa dalam kesiapsediaan dan kesetiaan kita untuk selalu berada bersama Tuhan, seberapa jauh relasiku dengan Tuhan, seberapa dalam muatan persembahan diriku pada Tuhan. Seberapa besar imanku pada Dia dalam seluruh hidupku dalam kelam kabut, suka duka sehari-hari.
Kita dipanggil pertama-tama bukan karena kita bisa, kita mampu, kita sanggup, kita bisa berbuat banyak untuk orang lain. Kita dipanggil terutama untuk setia, untuk tinggal dan berada bersama Tuhan. Realita dosa diri dan dosa dunia telah menjauhkan kita dari Tuhan, dan dalam kedukaan dan penantian yang lama, Allah merindukan kita untuk kembali kepadaNYa. Maka hidup yang kita persembahkan dalam hidup bhakti ini pertama-tama merupakan panggilah kepada pertobatan, panggilan kepada kesiapsediaan untuk kembali kepada Tuhan dan kesetiaan, panggilan kepada perutusan untuk mewartakan kasih Allah yang maha rahim yang membawa orang kepada pertobatan.
Perutusan yang kita terima sebagai konsekuensi rahmat baptisan dan rahmat panggilan khusus ini, mengharuskan kita pertama-tama untuk bertobat dulu. Dengan menyandang semangat pertobatan pribadi dan kemampuan untuk terus-menerus membaharui diri, kita baru dapat membawa orang lain dengan pewartaan dan teladan kepada pertobatan. Kemampuan untuk bertobat merupakan anugerah. Anugerah yang kita terima dengan cuma-cuma ini hendaknya disalurkan juga dengan cuma-cuma kepada semua orang yang kita temui, kita layani.
Semua yang kita miliki dalam hidup ini : keindahan, kecantikan, kesehatan tubuh, daya tangkap yang baik, akal budi yang terang, keberanian yang cukup, mental yang kuat, kepandaian, ketrampilan singkatnya apapun yang melekat erat dalam diri kita semuanya berasal dari Tuhan. Maka persembahan diri dalam kesetiaan untuk selalu bersama Tuhan, setia dalam tugas perutusan, pertama-tama mesti didasari atas kesadaran ini. Tuhan menganugerahkan kepada kita berlimpah-limpah, berharap agar menghasilkan buah lebat dan orang lain yang menikmati buah kasih kita, terdorong untuk semakin memuliakan Allah.
Kita hidup di jaman edan, penuh tipu daya duniawi yang tidak hanya menawarkan berbagai kenyamanan dan kebahagiaan semu tetapi dengan berbagai cara, dunia telah membentuk kita untuk perlahan-lahan menyangkal Tuhan dengan berpikir dan merasa bahwa yang kita punyai adalah milik dan usaha kita semata. Kita menjadi insan yang ‘kurang tahu bersyukur”, bersyukur yang tidak sekadar kata-kata syukur dalam doa tetapi dikonkretkan dalam kesetiaan pada Tuhan sendiri, setia dalam karya perutusan yang kita terima dari Tuhan melalui Kongregasi.
Tipu daya duniawi dikemas dalam bentuk yang menarik dan indah yang sering tidak diduga oleh kita sebagai sebuah tipuan mata, tipuan rasa, tipuan jiwa yang membuat kita berjuang mati-matian untuk memperoleh dan memilikinya yakni kebutuhan dan keinginan yang tidak teratur, kerinduan akan pujian dan penghargaan yang sia-sia dari sesama, sarana dan peralatan pribadi yang mewah dan sesuai mode, rasa malu yang berlebihan bila tidak memiliki sesuatu seperti yang dipunyai orang lain, kehidupan bersama yang penuh ketegangan dan enggan saling mengampuni dan ada banyak hal lain yang kita pegang erat-erat meski tidak penting bahkan sama sekali tidak dibutuhkan.
Rasa nyaman dan aman dalam perlindungan Tuhan telah mulai berpindah pada merasa nyaman dalam barang-barang fana, status sosial, jabatan atau orang-orang yang dengan sadar kita tarik masuk dalam diri kita, merebut posisi Tuhan. Dengan mudah oleh tipu daya dunia kita menukarkan Tuhan dengan sekadar rasa senang sesaat.Tantangan hidup ini mengharuskan kita untuk sadar bila tidak mau kehilangan jati diri sebagai seorang beriman, seorang religius dan kehilangan Tuhan, serta peluang untuk meraih keselamatan kekal secara penuh. Serangan musuh jiwa menuju kebinasaan tidak terjadi secara tiba-tiba. Strategi kuno dari musuh tetap actual sampai kini, yakni merayu perlahan-lahan, penuh kelembutan, membuat kita percaya pada rayuannya, mempengaruhi, mencuci otak dan hati nurani kita yang akhirnya saat kita lengah, menyerang jiwa kita. Ketidaksetiaan terjadi dan berkembang dari pikiran-pikiran sederhana, kelalaian dan kemalasan kecil yang dipelihara sehari-hari, menunda dan mengulur waktu untuk berdoa, bekerja atau berbuat baik. Ketidaksetiaan berkembang dari ketidakrelaan untuk menolong, enggan untuk bergiat, bertekun dan ketidakpedulian.
Kita tidak dijadikan ataupun dilahirkan dalam keadaan setia, tetapi dibekali dengan aneka rahmat dan anugerah berlimpah untuk setia. Kesetiaan bertumbuh dalam hal-hal kecil sehari-hari, dari kepatuhan dan ketaatan pada kesepakatan bersama dalam komunitas. Dari kesiapsediaan menerima tugas yang awalnya mungkin dirasa berat tetapi tekun menjalaninya. Dari kesediaan untuk tetap berdoa dan bergelut dengan Sabda Tuhan dalam Kitab Suci dan Konstitusi meskipun kurang menarik. Kesetiaan terpupuk dari kerendahan hati untuk belajar dari segala sesuatu yang nampak dan tersembunyi, dari sesama dan setiap situasi. Kesetiaan bertumbuh dari keberanian untuk berkorban dan rela menderita, rela menerima hal-hal yang tidak sesuai kehendak sendiri yang cenderung lebih kuat.Dari pihak manusia, kesetiaan bertumbuh secara perlahan-lahan. Dari pihak Allah, kesetiaan sebenarnya sebuah anugerah. Karena itu pantas dengan tekun meminta kepada Tuhan diiringi dengan kesungguhan dalam mengupayakannya. Sabda Kristus menjadi jaminan kita bahwa yang meminta akan menerima, yang mencari akan mendapat, yang mengetok pintu akan dibukakan.Komitmen untuk selalu siap sedia dan setia dalam pelayanan membuka pintu yang lebar menuju penderitaan. Namun dalam dan bersama Tuhan Sang sumber kasih dan setia, selalu ada sukacita berlimpah.
Sebagai religius KKS yang mendasarkan hidup dan karya menurut semangat Keluarga Kudus, belajar siap sedia dan setia dalam Tuhan dan karya perutusan. Kita selalu berupaya dengan sukacita mencari jalan terbaik bagi komunitas dan sesama agar setia dalam iman akan Kristus. Keluarga Kudus telah mewariskan teladan kesiapsediaan dan kesetiaan yang sempurna. Maria taat setia pada kehendak Allah melalui pewartaan malaikat, Yusuf taat setia kepada kehendak Allah melalui mimpi, Yesus taat setia pada kehendak Bapa dalam tugas perutusan-Nya ( Konst, 7 ). Maria lebih besar dari Elisabet, Yesus lebih besar dari pada para rasul, namun rela melayni sesuai dengan patokan yang berlaku bagi Kerajaan Allah. Kesediaan melayani merupakan hal yang utama dalam mengikuti Yesus ( konst. 22).***

Pemberkatan Kapel Komunitas Siti Anna

Atas kemurahan kasih Tuhan yang menyelenggarakan segalanya dengan amat baik, para suster komunitas Siti Anna yang sebagian besar dihuni oleh suster senior dan suster lansia ini bergembira dan patut bersyukur kepada Tuhan. Sebab setelah sekian lama berdoa dalam kapel yang kecil dan sempit, kini boleh menikmati keleluasaan dalam berdoa karena didukung oleh kapel yang luas, segar indah.
Setelah dua bulan lebih direnovasi, tanggal 7 Desember 2009 ruang kapel dan beberapa kamar diberkati oleh RD. Hendrawinata dalam Perayaan Ekaristi Kudus yang juga dihadiri oleh bapak Uskup Pangkalpinang, beberapa imam, para suster, bruder, teman-teman dan warga kelompok basis. Dalam kotbahnya , Pastor Hendra berharap, kapel yang sejuk dan indah kiranya menjadi tempat yang tepat dan nyaman bagi para suster untuk bertemu dengan Tuhan, untuk menimba kekuatan baru dari Tuhan, untuk menyampaikan puji-pujian dan permohonan kepada Tuhan. Semoga para Suster semakin betah duduk memandang Tuhan dan menjadi perpanjangan harapan sesama yang menitipkan doa-doa pada para Suster untuk disampaikan kepada Tuhan.
Sr.Yoanna, KKS selaku wakil Pemimpin Umum dalam kata sambutannya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materi, khususnya kepada MSF Fond yang telah mendanai seluruh biaya renovasi gedung kapel dan seisi ruangan komunitas Siti Anna. Seusai misa para undangan dijamu untuk makan malam bersama. ***

Kegiatan Menyongsong Pesta Emas KKS

Ziarah ke makam Sr. Vianney, KKS
Ziarah ke Makam Sr. Andrea, Sr. Theresia dan sr.Callixta, KKS
Ziarah ke Makam P. Mario Jhon Boen, Pr



Sebagaimana sudah disepakati, sebagai rangkaian acara menyambut pesta emas KKS tahun 2010, pada bulan Nopember diadakan ziarah ke makam para suster yang sudah meninggal. Terhitung selama ini, ada 6 suster yang sudah meninggal dunia : Sr. Vianney, KKS yang dimakamkan di Ganjuran – Yogyakarta, Sr. Margaretha , KKS yang makamkan di pemakaman katolik Belinyu, Sr. Lusia, KKS sang pioner yang dimakamkan di pekuburan Bruder Budi Mulia Pangkalpinang dan Sr. Andrea, KKS, Sr. Callixta, KKS dan Sr. Theresia, KKS ketiganya dimakamkan di pekamaman katolik jalan Koba Pangkalpinang.

pada tanggal 1 Nopember 2009, para suster komunitas Keluarga Suci Jogyakarta bersama Sr.Lusie, KKS yang sedang berada di Yogyakarta berziarah ke makam Sr.Vianney, KKS di Ganjuran - Bantul. Doa – doa dipanjatkan untuk keselamatan arwahnya juga memohonkan doanya yang diyakini sudah berbahagia di surga untuk semua suster dan Kongregasi.Persaudaraan dan keakraban dirasakan meski yang didatangi telah berada di alam hidup baru yang bahagia.
Tanggal 27 Nopember 2009, para suster di Bangka berziarah ke makam Pastor Mario Jhon Boen dan ketiga suster KKS di jl Koba Pangkalpinang. Pastor Boen mendapat tempat khusus dalam hati para suster karena pada masa awal keberadaan KKS, khususnya terhadap para suster pioner, peran Pastor Boen cukup besar. Acara ziarah dimulai dengan ibadat bersama di kapel biara pusat dan dilanjutkan dengan doa di pusara. Namun, hujan lebat membatalkan rencana doa bersama di pusara.Riwayat penderitaan para suster yang sakit sampai kisah kematian yang dibacakan di pendopo. Setelah hujan reda, dengan sukacita para suster menaburkan bunga, menyalakan lilin dan berdoa rosario bersama di depan pusara ketiga suster.
Setiap suster dengan caranya masing-masing mengungkapkan kedekatan dan rasa kasihnya kepada suster yang sudah tiada. Khususnya bagi para suster yang pernah hidup bersama dalam suka duka bersama dulu, bisa berbagi cerita. Suasana penuh persaudaraan dan kasih, tenang dan syahdu.
Sesudahnya, para suster bersama-sama berdoa menabur bunga dan menyalakan lilin tanda kasih di pusara Pastor Mario Jhon Boen. Semua bergembira dan sukacita, doa-doa , lagu dan renungan mengantar para suster untuk menghayati persekutuan kasih dengan mereka yang sudah tiada. Kisah pilu sakit dan penyakit serta detik-detik akhir hidup mereka, bagaikan kisah yang sungguh hidup dan mengharukan. Bagaimanapun, semua disadarkan kembali bahwa suatu waktu, akan diistirahatkan di tempat ini. Ziarah ini, memberi kobaran api baru penghargaan dan kasih kepada sesama yang sudah meninggal dan membangkitkan harapan akan hidup kekal yang dijanjikan Tuhan dan yang dinantikan dengan penuh harap bila saat itu tiba. ***

Tridium KKS - MENATAP FAJAR BARU

Sudah menjadi tradisi Kongregasi, setiap tahun menjelang Pesta Keluarga Kudus, Yesus, Maria, Yosep pesta nama dan pelindung KKS, pada bulan Desember diadakan persiapan rohani berupa tridium. Tahun ini, Pesta Keluarga Kudus jatuh pada tanggal 27 Desember 2009. Acara tridium yang terjadi dalam tiga kali pertemuan menjelang pesta Natal yang diikuti oleh para postulan, novis dan semua suster di Bangka. Tema yang diusung “ Perziarahan Kongregasi dalam Terang Iman” mengarah pada permenungan sejarah Kongregasi KKS sejak awal mula berdirinya tahun 1937, usaha kemandirian Kongregasi yang diwarnai terang gelap iman sampai pada perkembangan masa kini. Dengan narasumber Sr.Gabriella, KKS, Sr.Paula dan Sr.Lusie, KKS para suster dibawa untuk napak tilas sejarah Kongregasi, dalam ingatan, dalam iman dan dalam realita.
Sudah saatnya, para suster belajar dari sejarah yang benar, dari para pendahulu yang merupakan saksi sejarah. Dengan mengenal kisah kasih perjalanan hidup beriman diharapkan tumbuh rasa cinta yang semakin besar pada Kongregasi dan karya perutusannya, demikian tujuan yang mau dicapai melalui proses tridium ini. Dengan berbagai metode antara lain dinamika kelompok, diskusi, sharing bersama, permenungan pribadi, dalam suasana doa para suster dibantu tidak hanya sekadar tahu pahit manisnya, putih kelamnya, terang gelap dan harum busuknya masa lalu, tetapi dihantar untuk lebih menyadari, menyelami kasih Allah yang luar biasa besar dan perkasa, yang telah menuntun perjalanan hidup Kongregasi melewati lembah hijau dan padang gurun kehidupan. Apapun yang terjadi, sudah terjadi dan dalam realita iman, Tuhan turut berperan di dalamnya dan selalu menyatakan kehendak-Nya yang perlu selalu dicari dan dijalani. Para suster diantar untuk memaknai saat-saat menjelang HUT emas Kongregasi dengan menyadari kembali keberadaannya di KKS, mengenali kembali motivasinya untuk memilih masuk KKS, untuk melihat sejauh mana peran kehadiran dirinya dalam seluruh tugas perutusan KKS.
Sosok Yesus, Maria dan Yesus Sang Pelindung dan teladan utama menjadi sosok yang direnungkan berulang-ulang untuk semakin dalam menyelami kehendak Tuhan dan semakin mampu meneladani pola hidup Kristiani sejati. Konstitusi dan direktorium yang merupakan ’ undang-undang” KKS didalami, dan dengan berbagai cara diharapkan semakin diakrabi oleh semua suster. Agar semakin menjadi sahabat konstitusi perlu dikenal secara lebih mendalam, dicintai dengan membaca, membaca, membaca, merenung, mendalami dan menjalaninya dalam realita hidup.
“Sejarah masih terus berlangsung dari dulu hingga kini. Semua suster menjadi saksi sejarah, sekaligus pelaku sejarah. KKS dulu, kini dan nanti merupakan KKS yang menyejarah, maka setiap suster harus menyadari dirinya sebagai KKS yang berjuang terus-menerus dalam persekutuan dengan Allah Tritunggal, Keluarga Kudus dan umat Allah. Mati hidupnya KKS, mutu hidup KKS terletak dalam daya juang semua para suster untuk terus-menerus dan setia menghidupi kharisma, spiritualitas , visi, misi KKS dalam seluruh derap langkah perjuangannya, “ demikian Sr.Yosepha Bahkeetah, KKS menegaskan dalam sambutan menutup tridium.
Menatap fajar baru kehidupan, butuh semangat yang besar dan dilandasi dengan iman yang kuat, daya juang yang tinggi. Perziarahan hidup setiap suster berada dalam perziarahan hidup dalam kebersamaan sebagai Kongregasi. Maka semua suster, perlu bersama-sama memandang ke arah yang sama, agar searah, seiring selangkah menatap fajar baru kehidupan KKS mendatang. ***