Seorang ibu sederhana yang sedang menggeluti Sabda Tuhan sebagai santapan hariannya pernah bertanya padaku :”Suster, Yesus berpihak pada orang miskin, lemah dan tersingkir. Yesus mengatakan bahwa berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah. Dalam magnificat Maria dikatakan bahwa Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar dan menyuruh orang kaya pergi dengan tangan hampa. Yesus kan datang untuk semua orang, baik kaya maupun miskin, tetapi sepertinya Yesus lebih berpihak pada orang miskin.Bukankah Yesus tidak membenci orang kaya? Bukankah orang menjadi kaya karena berkat Tuhan. Bagaimana ya, bingung juga.”
Dengan sedikit pemahaman kucoba menjelaskan pada ibu yang berniat baik ini bahwa persis seperti pemahamannya, Tuhan berpihak kepada semua orang baik kaya maupun miskin. Yesus mencintai orang kaya juga orang miskin. Yesus tidak membenci pribadi seseorang karena sedikit atau banyaknya harta yang dimiliki. Tetapi yang dikecam Yesus adalah sikap hati seseorang entah dia miskin atau kaya, tetapi hanya mementingkan dirinya sendiri, tidak peduli dengan orang lain. Ada banyak orang kaya yang rela berbagi, juga orang miskin yang meski berkekurangan bisa berbagi dengan sesama. Tentu kita tidak menutup kenyataan ada orang yang begitu kaya raya tetapi tidak peduli dengan orang lain bahkan saudara-saudaranya sendiri. Sikap orang yang seperti ini yang dikecam Yesus.
Pembicaraan kami di tengah pasar itu berakhir.Ibu itu kelihatan puas dengan jawabanku. Pertanyaan ibu ini tentang paham kemiskinan dan kekayaan dalam Injil menginspirasiku untuk mendalami dan merenung lebih dalam.
Allah sumber kekayaan
Semua manusia tanpa kecuali membutuhkan harta benda untuk kelangsungan hidup. Kebutuhan pokok berupa sandang, pangan, papan mutlak perlu. Sarana prasarana lain juga diperlukan untuk mendukung manusia dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun ada pemahaman bahwa dengan memiliki kekayaan, uang atau harta lain hidup manusia akan bahagia. Memang benar harta benda membantu manusia bahagia tapi bukan satu-satunya yang membahagiakan.
Keadaan miskin atau kaya yang berhubungan dengan kepemilikan atas harta benda materi tidak mutlak menjadi sumber kebahagiaan. Sedikit atau banyaknya harta selain diperoleh karena hasil usaha kerja keras manusia, juga merupakan anugerah dari Tuhan. Karena itu sepantasnya sikap yang perlu dibangun adalah bersyukur kepada Tuhan atas kemurahan kasih-Nya yang berlimpah. Yang memberikati usaha kita dengan kelimpahan kekayaan-Nya yang tidak terbatas.
Ada banyak bentuk ungkapan syukur atas kemurahan Tuhan. Antara lain membangun sikap saling berbagi dengan sesama saudara yang kurang beruntung, yang hidup dalam kekurangan. Keadaan kurang beruntung banyak bentuknya antara lain, kurang kebutuhan dasar sandang, pangan papan. Kurang memperoleh kesempatan mengenyam pendidikan karena terjepit situasi yang serba sulit. Kurang cinta dan kasih sayang yang sangat dibutuhkan untuk membuat seseorang mengalami kebahagiaan secara penuh di dunia ini.
Setiap bentuk berbagi dengan yang berkukurangan hendaknya dilandasi kasih. Kasih merupakan hakakat Allah sendiri. Orang yang hidup dalam kasih, hidup dan berada dalam kelimpahan Allah yang kaya raya. Bila kasih yang menjadi fundamen seluruh sikap berbagi manusia baik materi maupun moril, maka kekayaan anugerah Allah yang tak terbatas, akan semakin berbuah dan memperkaya hidup rohani seseorang.Bahkan darinya akan memancar kemuliaan wajah Allah. Karena Allah berkenan dikenal dalam diri orang-orang yang ikut ambil bagian dalam karya kasih dan keselamatan-Nya.
Persahabatan memperkaya nilai – nilai kehidupan
Tidak semua orang mampu mengembangkan sikap berbagi hidup untuk memperkaya kehidupan sesamanya. Ada pemahaman bahwa sesama adalah sesame saudara, keluarga, orang-orang dekat. Namun sebagai orang beriman, Yesus telah mengajarkan bahwa sesama adalah setiap orang yang membutuhkan pertolongan, yang sedang dalam keadaan tidak berdaya baik materi, moril maupun rohani. ( Luk 10 : 36 – 37 ). Sebaliknya kita pantas disebut sesama oleh orang lain, bila kita menunjukkan kasih kepada mereka.
Persahabatan, persaudaraan, kelompok-kelompok, oraganisasi tertentu yang dibentuk manusia dalam usaha mencapai tujuan tertentu dan mengalami kebahagiaan berkembang subur dalam masyarakat kita. Persahabatan yang baik member nilai-nilai positif kehidupan. Di sana tumbuh sikap saling melayani, saling peduli dan menaruh kasih. Persahabatan yang demikian yang diimpikan setiap orang, yang dapat saling memperkaya hidup pribadi maupun bersama.
Panggilan untuk menyadari kemiskinan rohani
Memperkaya hidup sesama merupakan panggilan hidup beriman. Hidup seorang beriman tidak dilandaskan atas harta kekayaan duniawi semata, yang memang kita perlukan, tapi diletakan atas dasar rasa syukur dan kasih yang besar kepada Tuhan, Sang sumber dan pemberi kehidupan. Hidup beriman adalah hidup dalam Tuhan yang bermuara dan bersumber dari Tuhan.
Hidup dalam Tuhan berarti hidup yang pertama-tama bukan bagi diri sendiri tetapi bagi orang lain dan kemuliaan Allah. Hidup dalam Tuhan adalah hidup yang mematikan keegoisan, hidup yang mematikan kesenangan pribadi, hidup bagi mereka yang membutuhkan uluran kasih, hidup yang tahu kemanakah kita harus melangkah dan berjalan, hidup yang tidak mengejar kekayaan duniawi semata, tetapi hidup yang mencari kekayaan rohani. Inilah hidup seorang yang kaya di hadapan Allah. Inilah hidup yang sejati yaitu hidup dimana semua orang boleh merasakan kekayaan rahmat dan kasih karunia Allah melalui apa yang kita bagikan kepada sesama kita.
Dengan merasakan kekayaan rahmat Allah, kita akan semakin dimampukan untuk selalu sadar akan kemiskinan diri kita secara rohani, yakni kehausan akan kasih sayang sesame dan dahaga yang tak terpuaskan di dunia ini akan kehadiran dan kasih Allah yang menetap dalam hati kita.
Panggilan untuk rendah hati
Orang yang berani hidup dan memperkembangkan kehidupannya dalam tuntutan tangan Allah yang kaya raya dengan peduli pada sesama, membangun dalam dirinya suatu sikap batin yang berkenan di hadapan Allah yakni rendah hati. Orang beriman dipanggil untuk bersikap rendah hati satu sama lain, sebagaimana Tuhan sendiri sangat rendah hati dalam segala hal.Tuhan yang mau memperhatikan dan melimpahkan segala yang baik kepada kita menurut ukuran pemberian-Nya.
Sikap rendah hati memungkinkan tersedianya tempat di hati yang lebih luas bagi Allah dan tempat yang lebar dan lapang bagi sesama. Orang yang tinggi hati , mempersempit ruang bagi Tuhan untuk berkarya dan karenanya sulit baginya untuk membangun sikap yang sesuai kehendak Allah. Bagaimana mungkin seseorang dapat berlaku baik dan memperkaya hidup sesamanya, jika untuk Tuhan saja hampir tidak punya tempat.
Hidup dalam kelimpahan kekayaan Allah
Dalam dunia masa kini, banyak orang beriman terpengaruh dan terjebak dengan konsep hidup duniawi yang mengumpulkan harta kekayaan duniawi sebanyak mungkin sampai lupa apa yang mesti diupayakan sebagai investasi ke surga. Kekayaan duniawi sangat baik dan bagus. Namun kekayaan rohani, jauh lebih baik dan bagus, yang tidak akan layu ditelan musim, tak akan lekang oleh waktu, tidak dicuri orang atau dimakan ngengat atau karat dan using karena usia. Kekayaan yang berupa perbuatan kebajikan dan keutamaan yang memperkaya hidup sesame dan menyenangkan hati Tuhan.
Bagaimana menginvestasi modal diri untuk menjadi kaya di hadapan Allah? Tidak ada cara lain yang lebih tepat selain membuat diri menjadi miskin di hadapan Allah, miskin dalam roh. Artinya membangun sikap batin yang rendah hati di dalam Allah. Selalu bersyukur bahwa yang dipunyai dan diijinkan Tuhan dimiliki secara materi di dunia ini, semuanya berasal dari Tuhan. Milik Tuhan yang dipinjamkan dan dipercayakan oleh Tuhan pada kita untuk dikembangkan.
Yesus mengingatkan orang beriman untuk berjaga-jaga dan waspada terhadap segala ketamakan. Sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari hartanya itu.” Yesus juga mengisahkan perumpamaan tentang orang kaya yang bodoh yang menimbun harta sedemikian banyaknya, tetapi kemudian mati konyol di tengah kekayaannya. Lukas 12 : 13 – 31. Yesus juga memuji bahagia orang yang miskin di hadapan Allah. Yesus juga menghendaki agar kita tidak kuatir dengan banyak perkara duniawi yang kadang kurang penting yang bisa menjerat dan membelenggu kita, sampai tidak punya daya untuk menjadi kaya di hadapan Tuhan.
Pilihan hidup yang terbaik sebagai orang beriman adalah merayakan hidup di hadapan Allah dengan kepedulian pada sesama yang didasarkan pada kasih akan Allah dan kehendak baik untuk memperkaya hidup sesame demi kebaikan bersama. Sehingga di antara kita, tidak ada yang hidup dalam kemewahan yang berlebihan sementara saudaranya mati kelaparan atau merana karena kemiskinan dalam berbagai bentuk yang tiada taranya. Yesus datang supaya kita hidup bahkan hidup dalam kelimpahan. Yesus telah menjadi miskin karena kita, supaya kita menjadi kaya dalam nama-Nya.***