Rabu, 28 April 2010

KKS DARI dan UNTUK KELUARGA


 

Nama « suster  Dina Keluarga  suci «  merupakan gema dari situasi yang sedang terjadi dalam masyarakat dan gereja saat itu, sekaligus  anugerah rahmat kasih Allah dalam diri Yesus Kristus yang hidup dalam Keluarga Suci.Kongregasi KKS  dipersatukan dengan  misteri inkarnasi : «  Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita. ( Yoh 1 : 14).Karisma iman yang berpengharapan bahwa Allah  sungguh hadir dan berkarya  dalam segalanya, kita mampu melihat Yang Ilahi dalam hidup manusia. ( konst. 1 ).

KKS  berdiri  di  bumi  Bangka  dapat  dilihat  dalam dua faktor yang saling berkaitan yakni adanya panggilan dan cita-cita membangun Gereja setempat  dan adanya  kebutuhan akan kesaksian hidup dan tenaga.Permohonan tiga pemudi Tionghoa pertama untuk diperkenankan menjalani hidup membiara membangkitkan pertimbangan untuk mendirikan Kongregasi setempat. Pada  jaman itu mungkin di banyak daerah misi Asia dan Afrika bukan hanya budaya, melainkan juga gaya dan cara hidup orang eropa dan penduduk setempat dirasakan  cukup berbeda sehingga pimpinan Gereja memilih pemecahan dengan mendirikan Kongregasi khusus bagi panggilan setempat. Karya Gereja yang sedang  tumbuh mangandung dinamika pengembangan yang membutuhkan sumber  daya manusia.Bagi karya Gereja, para biarawan-biarawati bukanlah hanya tenaga kerja, melainkan pertama-tama kesaksian hidup yang sangat memperkaya Gereja dan sekaligus merupakan sumber  daya manusia yang menyerahkan diri sepenunya bagi Kerajaan Allah. ( sejarah KKS hal 5 – 6)

Dari namanya , KKS  yang bersemangatkan Keluarga  Kudus, Yesus, Maria dan Yosep, berperan besar  terhadap keluarga. Hal ini  tumbuh  dari  karisma pendiri Mgr. Vitus  Bouma, SSCC yang  sangat  prihatin dengan keadaan keluarga-keluarga  danmasyarakat  Bangka-Beliton pada masa sebelum dan pasca Indonesia merdeka.

Pada masa itu, terjadi kemerosotan kualitas  hidup dalam keluarga dalam berbagai dimensi. Banyak keluarga hidup dalam nilai-nilai moral yang buruk : mabuk-mabukan, perjudian yang tersebar luas, anak-anak banyak terlantar yang ditinggalkan orang tuanya kembali ke Tiongkok khususnya anak perempuan. Pendidikan dan kesehatan  yang memprihatinkan dengan tenaga  pendidik dan tenaga medis  dan saranya  yang belum memadai. Dalam keluarga Kristiani, iman yang belum berakar  dalam sehingga  mudah untuk kembali ke  kepercayaan semula.

Hati Mgr.Vitus Bouma, SSCC tergerak untuk membantu masyarakat  dan keluarga. Terinspirasi  dengan Keluarga Kudus Nasaret dan sejalan dengan kerinduannya untuk mendirikan Gereja setempat dengan mendirikan Kongregasi  pribumi. Cita-cita Beliau terwujud  dalam Kongregasi Suster  Dina Keluarga  Suci, meski Beliau sendiri  tidak pernah melihat dan menyaksikan perkembangannya. Tetapi harapan, impian dan usahanya pada awal mula  dilanjutkan oleh penerusnya. Harapan Mgr.Bouma agar Kongregasi pribumi itulah yang akan membantu pelayanan Gereja dengan mendidik anak-anak dan kaum wanita dan membawa masuk spiritualitas Keluarga Kudus Nasaret ke dalam lingkungan  keluarga-keluarga di Bangka-Beliton. ( direct. KKS no.2 ).

Sesuai dengan  harapan Mgr.Bouma ini, para suster berupaya sekuat tenaga untuk memelihara dan menumbuhkan nilai-nilai luhur hidup keluarga, karena pada masa sekarang pun terjadi perlakuan  buruk terhadap anak-anak. Banyak anak kurang mendapat perhatian dan kasih sayang.Dalam dunia remaja, pendidikan iman dan moral masih lemah. Nilai sacramental dan hidup perkawinan  dan keluarga meluntur, kecendrungan poligami dalam keluarga kristiani semakin meningkat, yang kerap berakhir  dengan perpisahan yang berakibat anak terlantar dan keluarga berantakan. Para jompo dan lanjut  usia mengalami situasi sulit yakni kurang mendapat perhatian dan pelayanan dari anak-anaknya, sering ditelantarkan dengan alasan kesibukan. Para  suster  sebagai hamba Tuhan yang  siap sedia menjadi “tampilah Keluarga Kudus Nasaret” berbagi dengan keluarga yang menderita. ( Direkt.KKS no.3)

Khasanah warisan, karisma dan spiritualitas  KKS  yang selalu direnungkan para suster, memperhadapkan  para suster  untuk selalu sadar  bahwa  karya pelayanan yang  diemban baik dalam bidang pendidikan di sekolah mulai dari kelompok bermain, TK, SD, SMP, asrama siswa SMP maupun di bidang  social  dengan adanya panti lansia,  home care  ( perawatan lansia  di rumah ) juga kerasulan lainnya bermuara  pada pelayanan untuk keluarga.Kedekatan dengan keluarga hanya dapat diwujudkan dengan membangun relasi dan komunikasi dengan keluarga-keluarga  melalui kunjungan keluarga. Keluarga  anak-anak dan keluarga para lansia  di panti juga menjadi perhatian utama para suster.

Memang masalah keluarga sudah ada sejak dulu dan sekarang serta selamanya akan tetap ada. Dengan kapasitas  yang sedikit  dan pelayanan sederhana, para suster  tidak melakukan hal-hal besar, hanya mempunyai hati untuk saling mendengarkan keluh kesah keluarga, membantu yang bermasalah bila sungguh membutuhkan, hadir  untuk keluarga  pada saat penting baik dalam keadaan suka maupun duka. Sekolah dan Panti lansia hanya  sarana bagi para suster  untuk bertemu langsung dan  berkomunikasi dan melayani keluarga. Untuk hal ini tidak segan-seganpara suster  bisa ‘dilihat seolah-olah sebagai baby di sister play group  atau pramurukti di Panti”. Tidak ada sesuatu yang keliru, karena memang suster KKS  yang juga berasal dari keluarga, ada dan hadir  juga untuk keluarga.*** hm

BERAWAL DARI SEBUAH MIMPI


 

Bagi sebagian orang, mimpi merupakan salah satu petunjuk pilihan hidup meski mungkin bagi yang lain, mimpi sekadar sebagai bunga tidur. Ada juga yang merasa mimpi sebagai sebuah pewahyuan Tuhan terhadap  seseorang.Tentu tidak semua mimpi memuat  maksud tertentu  atau berupa pewahyuan dari Tuhan untuk seseorang. Terserah percaya  atau tidak percaya, yang pasti bagi saya mimpi  pada suatu saat tertentu merupakan sebuah petunjuk Tuhan. Mungkin karena saya  suka tidur  dan mudah tidur, maka mudah juga untuk bermimpi. Rasanya setiap kali tidur selalu ada mimpi dengan motif  bermacam-macam. Umumnya  mimpi saya pada hal-hal yang belum pernah terjadi, pada  tempat-tempat yang belum pernah saya kunjungi.Bahkan sering mimpi bersambung, maksudnya  dulu pernah mimpi dan ketika bermimpi  dalam mimpi saya merasa  ada sambungan dari  mimpi yang dulu.

Banyak mimpiku telah menguatkan saya dalam menjalani hidup, bahkan gara-gara mimpi juga  saya telah memilih KKS  sebagai  tempat  labuhan hati saya  untuk mewujudkan panggilan dan cinta saya pada Tuhan. Awal kisah, sejak kelas dua SMP saya  telah aktif berkoresponden dengan beberapa tarekat suster, karena sejak kecil sangat tertarik menjadi suster. Selama  lebih dari  tiga tahun saya berkontak dengan suster Pasionis di wilayah  Sekadau  Kalimantan Barat.Beberapa susternya saya kenal melalui koresponden. Mereka sangat  memperhatikan dan membantu saya melalui bimbingan lewat surat. Kedekatan dengan suster pasionis  meyakinkan saya bahwa inilah tempat yang tepat bagi saya. Waktu  yang memisahkan kami dan menahan hasrat saya untuk cepat-cepat masuk, karena  salah satu persyaratan masuk biara  harus memiliki  ijazah Sekolah Menengah Atas.

Tuhan memang selalu punya cara tersendiri  dan waktu yang tepat untuk melakukan yang dikehendaki-Nya. Beberapa bulan sebelum ujian terakhir saya mendapat brosur dari teman sekolah yang telah beberapa waktu berkoresponden dengan suster KKS. Melihat  brosur  dan mendengar nama Pangkalpinang, muncul dorongan ingin berkoresponden dengan suster KKS  di Pangkalpinang.Keinginan diperkuat  ada seorang teman yang  sudah berkontak dan menyatakan setelah tamat  akan berangkat  ke Pangkalpinang. Hobiku untuk berkoresponden mendukung  keinginan ini, saya mencoba menulis surat  dan mendapat tanggapan dari KKS.

Ketika waktu semakin mendekat, kedua tarekat  ini masing-masing memaparkan  rote perjalanan, biaya yang dibutuhkan, persyaratan yang mesti dipenuhi dan petunjuk lainnya. Gawat, sampai sejauh itu orang tua belum tahu keinginan dan cita-citaku, meski sebenarnya  sudah lama mereka tahu niat itu dari pola hidupku. Orang tua  tidak jadi masalah, lebih mudah untuk diyakinkan asal dengan cara yang tepat.  Tetapi memilih antara  CP atau KKS, Kalimantan atau Pangkalpinang bukanlah hal mudah.

Saya sedikit  tahu diri  dan sadar  bahwa keputusan awal merupakan langkah untuk selanjutnya. Salah memilih bisa  fatal. Saya juga sadar bahwa pilihan ini bukan sekadar  untuk mencoba-coba, bukan asal pergi dari rumah atau merantau sehingga kalau tidak suka, atau tidak cocok bisa cari yang lain. Saya sadar bahwa menjadi suster  adalah panggilan dan pilihan Tuhan, tidak sekadar  seperti saya memilih baju atau sepatu, yang kalau tidak suka tidak perlu dipakai atau kalau usang dibuang, kalau bosan ditinggalkan. Meski masih sangat  muda, tetapi berkat bimbingan, saya mengerti bahwa pilihan awal harus  merupakan sebuah keputusan akhir. Bagaimana saya bisa tahu saya bertahan sampai akhir dan tidak lari, tidak sempat  terpikir  atau masuk dalam pertimbangan saya. Bagi saya yang penting kalau Tuhan sendiri yang mau, pasti Dia akan mengurus, memelihara dan menjaga saya. Saya cuma tahu bahwa  Sabda-Nya  dalam Lukas 12 :31 sangat memikat saya: “ Carilah dulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya maka semuanya akan ditambahkan kepadamu.” Di antara  keraguan dan kebimbangan saya mempunyai feeling bahwa kalau Tuhan yang mau, meski banyak tantangan, halangan, pasti akan terwujud. Feeling ini diperkuat  dengan pengalaman di mana apa yang aku impikan selalu terwujud, yang aku inginkan terpenuhi, yang aku harapkan selalu ada, bahkan sering yang tidak kuduga disediakan Tuhan bagiku.Meski  kini baru kutahu bahwa hal-hal itu semacam suatu keberuntungan awal, perjalanan selanjutnya  tidak semudah langkah awal.

 Bunda Maria  menjadi andalan untuk mengadu isi hati, memohon petunjuk agar  tepat. Bahkan saya berani berdoa, kalau benar  rasa hati yang telah lama  bersemi di hati adalah kehendak Tuhan, berilah petunjuk yang meyakinkan saya bahwa pilihan ini tidak keliru dan membawa berkat bagi  diriku, keluarga , sesama dan untuk Tuhan.Bahkan berani berjanji dengan Bunda Maria, kalau sungguh kehendak Tuhan,saya berani tinggalkan segalanya  dan berani berjuang untuk itu. Banyak waktu dihabiskan untuk berlutut  di gua Maria dan banyak darah telah diisap nyamuk  tanpa sadar karena khusuk berdoa. Berdoa, merenung, mengadu atau mengancam Tuhan, tidak jelas  bagi saya waktu itu yang penting di depan Bunda  merasa  tenang  dan nyaman.

Malam menjelang  pagi pada hari terkhir ujian Nasional, ketika  seluruh waktu, energy,  perhatian terserap  untuk belajar, mimpi itu datang. Sebuah kapal kayu  berlayar jauh  dengan banyak penumpang yang  tidak dikenal mampir  di dermaga kotaku. Bersama beberapa sahabat dari kejauhan kami melihat kapal kayu itu sambil  mencari tahu dari mana kapal itu dan ke mana dia pergi. Sebelum ada jawaban, musibah menimpa kapal itu padahal tidak ada ombak dan angin badai. Di  depan mata mimpiku, kapal itu terbalik dan hampir tenggelam. Aku terkejut  mengapa tiba-tiba terbalik dan lebih mengejutkan ada sesuatu yang berasal dari kapal  terbang ke arahku dan seolah menuju kepadaku. Aku menangkap seperti menangkap bola kasti mainan dari kertas. Benda itu tertangkap  olehku, terperangah kulihat, sebuah patung Keluarga Kudus  setengah badan yang cukup berat. Waktu itu, aku belum pernah melihat patung keluarga Kudus, kalau patung bunda Maria  atau Hati Kudus, sudah banyak beredar  dan dimiliki keluarga.

Masih dalam alam mimpi tanpa  aku berpikir, batinku sadar dan tahu, patung Keluarga Kudus adalah petunjuk Tuhan dan jawaban Bunda Maria atas  doa-doaku bahwa  Keluarga  Kudus, KKS  adalah pilihan Tuhan untukku.

Mimpi ini masih segar  dalam ingatanku dan gambaran patung Keluarga  Kudus  setengah badan dalam mimpi masih menghantui aku setiap kali memandang patung atau masuk toko rohani. Banyak patung Keluarga  Kudus  telah beredar tetapi belum kutemukan seperti dalam mimpiku.Bukan mimpi, kalau sampai  KKS  berumur  lima puluh tahun secara konstitusional, aku berada di sini bersama teman-teman seperjuangan dan sepanggilan untuk berjuang. Perziarahan hidup iman, hidup panggilan, hidup manusiawi dan hidup pelayananku di KKS  hanya berawal dari sebuah mimpi.

Kukenang  St.Yosep, suami bunda Maria, pelindung  KKS, mengenal petunjuk Tuhan  melalui mimpi dan berani taat pada kehendak Tuhan melalui mimpi. Kalau aku seorang KKS  bermimpi dan berani melihat  kehendak Tuhan melalui mimpi, kini aku tidak heran dan terkejut  lagi, sebab rupanya  Tuhan dapat menyatakan kehendak-Nya melalui mimpi. Sempat  aku berpikir, Tuhan juga  punya mimpi impian khusus  buatku dan buat  KKS. Beberapa telah disingkapkan-Nya melalui pendahulu, perintis, para  pionir  dan semua  yang berani bermimpi dan berani percaya keajaiban mimpi. Masih tersimpan impian abadi yang hendak disingkapkan-Nya kepada umat-Nya, mimpi akan keselamatan semua anak-Nya.***

DARI NASARET KE BANGKA


“Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret." Kata Natanael kepadanya: "Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?" Kata Filipus kepadanya: "Mari dan lihatlah! ( Yoh 1 : 45 – 47 )”
Kutipan Injil ini, lama menjadi permenungan saya tentang Nasaret, kota tempat Yesus dibesarkan. Natanael yang akhirnya kita kenal sebagai Bertolomeus salah seorang rasul Yesus, pada awal mula perkenalan dengan Yesus, sangsi akan keberadaan Yesus dan asal usul Yesus. Pertanyaan retoris Natanael juga memuat suatu gambaran bahwa Nasaret bukanlah apa-apa, tidak terkenal, cuma sebuah kampung kecil, mungkin juga sebagai gambaran yang ‘kurang baik, kurang menguntungkan” bagi penduduknya. Saya belum pernah belajar tentang Nasaret dan sekitarnya, saya kurang tahu pasti. Saya cuma ingin mensyeringkan permenungan saya antara Nasaret dan Bangka dalam konteks kehadiran sosok dan semangat Keluarga Kudus dalam Kongregasi Suster Dina Keluarga Suci dari Pangkalpinang ( KKS).
Kalau para suster bepergian ke luar pulau Bangka dan bertemu orang lain baik sesama imam, biarawan,biarawati dan awam selalu akan ditanyai: “ Dari mana? Kongregasi apa? Kalau dijawab dari Pangkalpinang – Bangka. Kongregasi KKS , sudah pasti pertanyaan akan berlanjut. Banyak kali saya mempunyai pengalaman demikian dan kalau sudah bercerita panjang lebar tentang KKS dan Bangka, nampak lawan bicara kita penuh keheranan berkata. Di Pangkalpinang, di Bangka ada tarekat suster diosesan ya? Sebuah pernyataan seolah-olah kurang yakin bahwa di tanah Bangka yang kaya raya timah ini, sejak sebelum Indonesia merdeka dan sejak sebelum keuskupan Pangkalpinang berdiri ( baru sebagai Vikariat Apostolik ) KKS sudah berdiri secara konstitusional pada tanggal 19 Maret 1960. Bahkan lebih mengenaskan ada yang tidak tahu di mana letak Pulau Bangka, ada yang menduga dekat Sulawesi atau Irian Jaya.
Meski kalau mengalami situasi demikian hati saya agak miris dan menjadi sedikit minder, aduh… orang tidak tahu apa-apa tentang Bangka apalagi KKS, padahal Bangka sangat terkenal sejak jaman penjajahan Hindia Belanda dengan timahnya yang berkualitas, saya belajar menerima dengan senang hati bahwa demikian adanya. Memang KKS tidak terkenal dan tidak banyak dikenal oleh teman-teman di luar P.Bangka. Bahkan di kampung sendiri di Bangka ini pun dan di antara kita tidak banyak yang tahu KKS itu apa. Tentu “bukannya salah bunda mengandung nasibku begini mungkin suratan…. “ beginilah cuplikan syair sebuah lagu tetapi harus diterima karena KKS kecil sekali, dengan sedikit anggota dan sedikit komunitas padahal sudah cukup lama berdiri di tanah Bangka. Tentu ada banyak factor mempengaruhi keberadaan KKS yang dapat diibaratkan terlahir sebagai anak kandung tanah Bangka, bukan lahir dari tanah Eropa dan merantau di Bangka, sehingga kuat dan gagah perkasa.
Saya merenung dan membayangkan KKS sebagai anak asli Bangka yang sejak dikandung mengalami malnutrisi dan menjalani masa kanak-kanak pada masa perang, yang belum sempat lahir, “ayahnya” sudah meninggal di tawanan, yang karena belaskasih Tuhan, terlahir dan dipelihara dan dijaga oleh ibu yang baik, yang ketika belum menginjak masa remaja ‘sang ibu” sudah kembali ke Nederland. Saya membayangkan dari cerita sejarah yang direnungkan selama setahun menjelang perayaan emas ini, KKS bagaikan anak remaja yatim piatu, yang harus berjuang keras sendirian, bertahan hidup, berusaha sehat dan ceria seperti anak remaja lainnya yang beruntung memiliki ayah ibu yang lengkap, dengan segala kebutuhan yang tersedia. Bukan tanpa alasan saya merasa demikian, jelas bahwa dari seluruh proses sejarah, hampir tidak ada khasanah warisan tertulis kecuali merasa kuat dengan Dekrit Pendirian Kongregasi dan Konstitusi Pertama. Yang lainnya, mesti dicari, digali sendiri lebih mendalam oleh semua anggotanya di bawah bimbingan Roh Kudus melalui para pemimpinnya untuk mendapatkan yang dirindukan, seperti yang dipunyai oleh teman-teman lain.
Saya membayangkan, remaja yang berada dalam kondisi itu, berjuang keras mencari jati dirinya, nyaris tidak punya waktu untuk memikirkan masa depannya. Atau meski berpikir banyak dan memiliki idealisme tinggi, namun harus tahu diri dan sadar bahwa impian harus disimpan untuk sementara, kerinduan mesti dipendam, keinginan ditangguhkan dulu. Tetapi darah remaja tidak bisa mengesampingkan impian dan semua harapan akan masa depan yang cerah. Demikian KKS, sebagai lembaga hidup bakti dalam kondisi seperti itu, tentu pantas oleh orang-orang bisa dipandang sebelah mata, dan mungkin ada yang bertanya: “ adakah sesuatu yang baik dari bumi Bangka, dari KKS?
Philipus yang sudah bertemu Yesus, berusaha meyakinkan Natanael agar yakin bahwa dari Nasaret ada sesuatu yang baik. “Mari dan lihatlah “ itulah ajakan Philipus dengan lembut. Setelah bertemu sendiri dengan Yesus dan sapaan Yesus meruntuhkan keraguan Natanael akan Nasaret. Kisah ini meyakinkan saya bahwa kalau tak kenal maka tak sayang. Kalau cuma mendengar dari jauh atau membaca cerita , orang tentu masih bisa sangsi. Tetapi bila mengalami sendiri dalam perjumpaan orang baru tahu, bahwa sesuatu yang baik bisa datang dari mana saja, sebab Allah bekerja dalam diri semua orang.
Tanggal 25 April tahun ini genap 17 tahun saya hidup di bumi Bangka, di KKS. Sebuah waktu yang cukup untuk meyakinkan saya bahwa apa yang dulu saya sangsikan seperti Natanael, kini pudar. Saya akui hampir lebih dari 10 tahun, saya minder sebagai anggota KKS dan rasa malu terpelihara subur dalam diri saya, karena merasa KKS tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan yang lain. Semakin sibuk saya membandingkan dengan yang lain, semakin saya minder dan nyaris tidak berbuat apa-apa untuk membela, mempertahankan dan memperkembangkan KKS. Seiring perjalanan waktu seperti KKS sendiri yang pada usia emas boleh menyaksikan pertumbuhan dan perkembangannya yang semakin ‘gemuk dan sehat”, setelah luruh semua rasa minder, saya malah bersyukur bahwa saya berada di KKS.
Rasa syukur berawal dari sebuah kalimat indah yang saya dengar dari konferensi seorang imam MSF beberapa tahun lalu. “jangan berkecil hati dengan kekecilanmu, jangan menjadi minder dengan keadaanmu, jangan sibuk membandingkan diri dengan orang lain. Bukankah umat pilihan Allah bertahan dengan kehadiran kaum kecil, anawim , sisa Israel? Bukankah Tuhan memperhitungkan yang kecil-kecil juga seperti juga pada yang besar? Belajarlah bersyukur bahwa kamu beruntung berada di tengah yang kecil dan sederhana, sebab kerumitan dan komplesitas masalah jauh darimu. Semakin besar, semakin banyak masalah yang semakin banyak yang harus diurus dan dikerjakan. “ Katanya lebih lanjut : “Para suster, berbahagialah kita sebab kita anggota keluarga Kudus sendiri, Kongregasimu ( KKS maksudnya ) dan Kongregasiku ( MSF maksudnya) berspiritualitaskan Keluarga Kudus , Yesus, Maria dan Yosep. Bukankah kita adalah anggota Keluarga Kudus?”
Mendengar penyataan itu, rasanya seluruh tubuhku hidup dan seluruh beban hilang setelah lebih dari 10 tahun memikul beban berat. Langkahku jadi ringan, pandangan hidupku jadi luas, dan aku sungguh merasa dibebaskan dari belenggu rasa minder hanya karena mendengar “ saya anggota Keluarga Kudus’. Rasa kecil yang membelenggu jiwa, hancur seketika, dan kini tidak ada alasan untuk ragu, malu, minder atau mandeg. Untuk apa malu bila aku adalah anggota keluarganya yang tentu diperhitungkannya? Dari sinilah bertumbuh rasa kasih yang besar terhadap KKS dan syukur yang mendalam kepada Tuhan. Yach… meski terlambat menyadari tetapi tidak apa-apa, Tuhan telah menetapkan waktu yang tepat untuk menyingkapkan rahasia cinta-Nya yang lestari untukku melalui KKS ini.Kini, kalau orang bertanya : adakah sesuatu yang baik dari Bangka, dari KKS? Saya berani untuk memegang tangannya dan berkata meski meminjam perkataan Philipus “ Mari dan lihatlah”.
Saya berbangga menjadi anggota KKS dan menerima kekecilan KKS hampir dalam segala hal. Memang dari namanya saja, KKS telah menempatkan kata ‘ dina” artinya kecil, sederhana, bersahaja, low profile, dan semacamnya. Saya butuh waktu lama untuk mengakui dengan hati dan seluruh keberadaanku bahwa Kongregasi yang kupilih ini telah menyandang nama itu, yang memuat semangat hidupnya. Saya belajar menerima keberadaan KKS yang ‘lamban dan lambat” dalam perkembangan anggotanya. Saya menerima bukan karena KKS yang mulai nampak diingat segelintir orang sederhana, tetapi saya menerima dan bangga, karena sudah lama saya diterima sebagai anggota Keluarga Kudus sendiri. Konsekuensi logis dari penerimaan ini adalah siap menjalani hidup ala Keluarga Kudus Nasaret.
Bagaimana pola hidup ala Keluarga Kudus Nasaret? Saya merenungnya demikian. Yesus, Maria, Yosep hidup sederhana dan tersembunyi di Nasaret selama puluhan tahun . Tidak menonjol, mereka menjalani irama hidup harian seperti keluarga lainnya di kampung Nasaret. Yosep si tukang kayu, bekerja keras menghidupi keluarga.Maria sang ibu rumah tangga biasa, bersahabat dan bertetangga dengan semua yang lain. Sederhana dan biasa-biasa saja. ( Konst. 23). Tidak heran dan sepantasnya sebagai anggota KKS yang bersemangatkan Keluarga Kudus, menjalani hidup sederhana, makan dari hasil kerja keras bersama, bersusah payah untuk hidup. Dengan kerja tangannya sendiri, berusaha memenuhi kebutuhan bersama.
Yesus, Maria dan Yosep adalah pribadi-pribadi yang akrab dengan penderitaan, bahkan sejak awal mula hidup-Nya sampai akhir wafat di salib Yesus sangat menderita. Spiritualitas penderitaan mesti hidup dalam diri para suster KKS. Seperti Yesus, yang tidak semua orang mengerti dan menerima pelayanan dan pewartaan-Nya, yang berusaha menjatuhkan bahkan dari kalangan imam kepala dan ahli taurat. Bunda Maria sangat menderita menyaksikan dari dekat jalan salib Yesus sampai dipaku pada kayu salib, para suster juga belajar siap menanggung derita karena perlakuan sesama dan menderita demi Kristus dalam pelayanannya( Konst. 25 , 26 ).
Yesus, Maria, Yosep adalah pribadi-pribadi yang taat dan siap sedia melayani. Maria bergegas mengunjungi Elisabet dan melayani keperluannya menjelang kelahiran Yohanes. Yesus melayani para rasulnya dan orang banyak dengan penuh kasih, sampai makan pun tidak sempat. ( Konst 21 , 22 ).Yosep melayani Maria dan Yesus, berusaha melindungi keluarga ini dari marabahaya dan memenuhi seluruh kebutuhan mereka dengan ketaatan pada kehendak Tuhan dan kerja keras. Demikian para suster harus siap sedia melayani meski mungkin awalnya tidak disiapkan atau dikader, kurang bekal pengetahuan dan skill, siap sedia mesti menjadi modal dasar utama.
Yesus, Maria dan Yosep adalah pribadi-pribadi sederhana dan pendoa, yang menyerahkan segalanya pada kuasa Ilahi dan tanpa henti berkomunikasi dengan Allah. Maria yang secara istimewa merenungkan semua peristiwa yang dialaminya d hadapan Tuhan dalam terang gelap iman. ( Konst. 16, 17 ). Dari kesederhanaan hati mereka lahirlah sikap dan pola hidup bersahaja dan disenangi oleh Allah dan manusia. Dari iman mereka yang teguh pada Tuhan dan setia berdoa, mereka tumbuh menjadi keluarga yang ‘baik dan saleh” di mata sesamanya di Nasaret. Demikian suster KKS mesti demikian berjiwa sederhana, pendoa dan penuh iman.
Keluarga Kudus yang demikian yang menjadi patron dasar para suster KKS. Sama seperti baju , bila dijahit keluar dari dari salah satu patronnya, tidak cocok dan tidak enak dipandang bila dikenakan. Patron dasar sudah ada dan tersedia sejak sedia kala, sebelum saya lahir dan mengenalnya. Menjadi enak dipandang dan kesayangan manusia dan Allah tergantung dari ‘ setiap suster untuk mencocokkan hidupnya pada pola atau patron hidup Keluarga Kudus’. Tidak ada sesuatu yang salah atau keliru dari patron dasarnya bahkan sempurna. Kalau sampai dari para suster ada yang kelihatan tidak enak dipandang dan tidak bagus ditiru, itu bukan karena patronnya tetapi orangnya yang belum pas mencocokkan diri dengan patronnya sehingga “ tampilannya tidak sesuai aslinya”
Tentu Nasaret dan Bangka berbeda. Yesus, Maria dan Yosep sang pilihan Allah, berbeda dengan pribadi-pribadi rapuh yang kini menyandang sebutan suster KKS. Tetapi ada yang sama, yakni mau mencari kehendak Allah di atas segalanya agar nama Tuhan semakin menjadi besar dan mulia.Telah terbukti Yesus, Maria dan Yosep meraihnya, mestinya tidak ada alasan yang mustahil bagi kita untuk mencapainya.
Dari Nasaret ke Bangka, ada senandung yang sama telah diperdengarkan yakni« Sabda telah menjadi Daging dan tinggal di antara kita. » Dari Nasaret ke Bangka ada jalan yang sama untuk disusuri yakni jalan salib, jalan penderitaan. Dari Nasaret ke Bangka ada garis finis yang sama, surga mulia.Namun, antara Nasaret dan Bangka secara geografis tak terjangkau mata, tetapi sarana audio visual masa kini yang sedang marak telah mendekatkannya. Yesuslah audio visual itu, sebab Dialah Sang sabda yang tinggal di antara kita, Buka mata, buka, hati, buka telinga, untuk melihat, menerima, mendengar Dia. Sebab sesuatu yang meski sangat kecil ada di tanah Bangka, ada di KKS. Selamat pesta. Proficiat.





Senin, 19 April 2010

PESTA EMAS PERZIARAHAN KKS

zwani.com myspace graphic comments



PESTA  EMAS  PERZIARAHAN  KKS

 

Senin, 19 April 2010,   untuk pertama kalinya lagu Mars KKS «  Mawar Kasih » diperdengarkan kepada  semua umat  yang hadir dalam perayaan Ekaristi Syukur  Pesta  Emas  KKS. Hari ini, dikenangkan  genap 65 tahun Mgr.Vitus Bouma, SSCC, pendiri karismatis KKS, wafat  dalam tawanan di daerah Belalau – Sumatera  Selatan. Hari ini, semua  suster  dengan wajah ceria, ikut  serta  dalam prosesi Perayaan Ekaristi meriah. Hari ini bahkan pada  jam yang sama, para suster yang berada di luar  Bangka  juga bersama-sama bersatu hati bersama  untuk bersyukur  dalam Perayaan Ekaristi meriah di paroki masing-masing. Bersatu hati, berpadu syukur memuliakan Tuhan atas karya-Nya yang agung bagi kehidupan para suster.

“ Warta  sukacita  Tuhan, dambaan semua insan, kau diutus membawanya  bagi dunia  yang fana. Tak  dapat  kau mengingkari tugas  suci  di pundakmu, meski kau hujankan rahmat  bagi jiwa-jiwa yang  gersang. Keluarga  Kudus pelitamu,  satukan debar sukmamu  «  kasih dinanti  di tengah badai, Keluarga Kudus memanggilmu jadi bentara. Di jejak Kristus  langkahmu pasti, kautumbuhkan mawar  terindah. Tebarkan semerbak wangi, mawar  kasih mawar  damai, bagi setiap rumah tangga, demi kemuliaan Tuhan,’ demikian  dengan  lantang  dan  penuh semangat, paduan suara Gregorius-Sesilia dari Paroki  St.Bernadette Pangkalpinang mengumandangkan Mars KKS  ini  pada  Perayaan Ekaristi Syukur  50 tahun  kehadiran  suster  KKS  di Pangkalpinang.

Sebanyak  17 imam dan seorang diakon ikut serta  dalam misa konselebrasi dengan selebran utama  Vikjen Keuskupan Pangkalpinang, RD. FX. Hendrawinata.  Iringan   tangan gemulai  putri-putri cilik mengantar  prosesi  panjang  para suster  dan imam koselebran memasuki  gereja Katedral St.Yosep Pangkalpinang.  Hujan rintik-rintik yang  sejak beberapa jam lalu membahasi sebagian wilayah kota Pangkalpinang, terpaksa  terpaku  dan turut menyaksikan  dari jauh, tak sempat  turun membahasi halaman katedral. Dengan langkah pasti mengikuti irama  lagu  pengiring para penari,  hati berpadu  dalam rasa  syukur  yang besar  dan berlimpah kepada  Allah  sumber  kehidupan. Dari  barisan para  suster  nampak  bisa  dihitung  dengan jari, bahwa  di antara  para  suster  yang  hadir  hampir  50 tahun yang  lalu  tidak ada yang pernah membayangkan bahwa  hari ini, 19 April 2010 dalam kenangan  penuh syukur, KKS   masih ada dan hidup. Dan kuntum-kuntum mawar  kecil  yang  ditabur  oleh Tuhan di bumi Bangka  yang  disemai oleh Mgr. Vitus  Bouma, SSCC  bertumbuh seiring  berlalunya  waktu. Hari  ini, genap 50 tahun, mawar  kecil itu hidup dan kuntum-kuntumnya  bermunculan di sekitarnya, persis seperti  yang  digambarkan  dalam bunga-bunga indah di sekitar  altar  Tuhan.

Keharuman   sukacita  yang berasal dari Tuhan, memang  pantas  diwartakan oleh  yang mengalami  kasih dan sukacita- Nya agar semua boleh merasakan  harum semerbak  mawar kasih Tuhan yang   tumbuh bagaikan bunga  liar  di taman dunia,  terhimpit  di antara  sekian bunga yang indah, nyaris  tidak nampak bila  dipandang  dari kejauhan, namun sesungguhnya  dialah mawar kecil yang dipelihara tangan Sang  Ilahi, sejak  Sang  Pencipta menginginkan dia hidup, bertumbuh, berkembang  dan berbunga  di tanah Bangka ini.Mawar kecil inilah,  KKS.

Dalam kotbahnya,  Pastor  Hendra  menceritakan sekelumit  kisah  kehadiran mawar  kecil KKS  sebagai   bunga kebanggaan Tuhan yang  dibiarkan hidup di Pangkalpinang. Meski  sejak awal kehadirannya, tidak kurang tantangan dan kesulitan menghimpit  kehidupan mawar  kecil ini, bahkan  dalam suatu periode  hidup  di masa lalu, mawar ini layu dan nyaris mati, bahkan banyak orang telah mengira sungguh-sungguh sudah mati. Namun,  kenyataannya sampai hari ini tetap hidup. Sebagai  umat keuskupan Pangkalpinang, patut  berbangga memiliki sebuah tarekat  suster  berstatus  diosesan yang  dari namanya  sudah melekat  erat nama Pangkalpinang, yang hadir  dan berkarya  di tengah  umat keuskupan Pangkalpinang. Diakui pula  bahwa  pada masa awal, sebagian orang  mengenal KKS  sebagai tarekat  yang diperuntukkan bagi gadis-gadis Tionghoa yang  ingin mengabdikan hidupnya bagi Tuhan dan sesama. Namun dalam perkembangan selanjutnya, tidak hanya  untuk gadis Tionghoa, tetapi dari mana saja  yang berkehendak baik, yang  dikirim Tuhan untuk mengabdi-Nya dalam dan melalui  KKS.

“Jika  bukan karena IMAN  kedua pendiri  KKS, pendiri karismatis Mgr. Vitus Bouma, SSCC  dan Pendiri kanonik Mgr Nikolaus Petrus Gabriel van der Westen, SSCC, sulit  dikatakan bahwa  KKS pada hari ini bisa merayakan pesta emas” ungkap Sr.Yosepha Bahkeetah, KKS selaku Pemimpin Umum KKS  dalam kata sambutan pada acara resepsi di  gedung  Mario Jhon Boen. “Dalam permenungan semua suster, diakui bahwa karena IMAN maka Allah Tritunggal memperhitungkan segala usaha, jatuh bangun KKS  dalam kesetiaan pada kehendak Allah. Moto KKS “ Kehadiran Yang  Ilahi dalam Hidup Manusia” selalu mengingatkan kami para suster  KKS  untuk selalu mempunyai iman, sehingga  dimampukan untuk melihat kehadiran Allah dalam setiap peristiwa  hidup. Dalam iman, tidak ada yang mustahil untuk meneruskan pelayanan yang telah dirintis oleh kedua pendiri KKS. Dengan  cara-Nya sendiri, Allah membentuk, membimbing, menyertai kami untuk selalu terbuka pada rencana Bapa. Moto  itu pula yang selalu mendorong dan memacu kami untuk  menghadirkan  Yang  Ilahi  di  tengah keluarga bangsa-bangsa  di  dunia dalam semangat  iman yang berpengharapan dan kasih,” lanjutnya. Menutup  kata sambutannya   dua buah pantun ala Melayu Pangkalpinang  meluncur bebas : “ Jalan-jalan ke Pulau Bangka. Melihat Pantai  nan putih indah. Terpaut  hati tak tak disangka-sangka, padamu KKS yang tercinta.  Satu  titik, dua  koma, KKS  cantik siapa yang punya.”

Siapa  yang  punya, tentu  punya Tuhan yang  telah menjaga dan memelihara sekian lama  untuk keharuman dan kebesaran nama-Nya. Hadir  dalam misa meriah ini  Provinsial SCJ, BM, Pemimpin Umum suster  FCh, Suster HK,   Dewan Pimpinan Suster FSGM, MSF, para biarawan-biarawati yang berkarya  di Bangka serta  para sahabat.  Acara   ramah tamah dimeriahkan dengan  suguhan  kreativitas para  suster. Diawali  dengan menyanyikan lagu Mars  KKS dilanjutkan dengan tarian-tarian budaya tempat para suster berasal, yang  tidak hanya memanjakan  mata para undangan yang hadir  tetapi terutama mau menunjukkan bahwa  entah dari mana datangnya tidak penting, yang penting  KITA  SATU  dalam KKS, satu dalam langkah bersama  mewujudkan mimpi para  pendiri, para pendahulu, satu hati dalam melayani  Tuhan yang  telah memanggil dan memilih hamba-hamba-Nya.

Kuntum-kuntum mawar KKS, mawar kasih, mawar  damai mesti tetap hidup seperti  yang diidamkan oleh yang menyemainya  dan yang telah turut memeliharanya, yakni para perintis, pioneer, pendahulu yang  dipakai oleh  Sang Pencipta-Nya sebagai perpanjangan tangan-Nya  yang kuasa  untuk menuntun langkah hidup KKS di masa yang akan datang. Proficiat***


Twitter Background