Aku berasal dan hidup dari keluarga sederhana, baik dari segi materi maupun rohani. Kuingat beberapa tahun yang silam bagaimana keluargaku membentuk dan mendidik aku hingga mandiri. Tidak banyak hal yang keluarga tanamkan mengenai hidup rohani. Ya, aku dasar akan segala keterbatasan pengetahuan orang tuaku. Namun aku bersyukur bahwa melalui kedua orang tuaku, aku bisa hidup seperti sekarang ini. Sekalipun aku tahu bahwa banyak hal negatif dalam diriku karena pengaruh pendidikan awal dalam keluarga. Menyadari bahwa semuanya telah terjadi bahkan telah membentuk pribadiku. Aku mencoba membuka mata hatiku, menerima keterbatasan dan menerima realita keluarga dan latar belakang aku dibentuk.
Hari demi hari aku mencoba merenungkan perkembangan hidupku sendiri . Perlahan aku menemukan jalan terang untuk berbenah diri. Satu prinsip yang kutemukan adalah aku adalah aku. Aku yang unik, beda dari saudara dan orang tuaku. Aku bukanlah orang tuaku. Meskipun mereka yang melahirkan, mendidik serta membesarkanku. Aku mempunyai pikiran, ide, harapan, impian dan cita-cita sendiri yang adalah milikku. Aku bisa berbuat lebih dan menjadi yang lebih baik dari mereka. Itulah harapan orang tua, harapan keluargaku. Kuyakin ini juga harapan Tuhan bagiku.
Prinsip itu aku nyatakan dengan tekad bulat dan penuh keberanian meninggalkan orang tua, keluarga dan kesenangan pribadi pada masa lalu. Aku memutuskan menyerahkan hidup dalam pelayanan bagi Tuhan dengan menjadi biarawati.Dengan segala perjuangan aku belajar dan terus belajar untuk setia menjadi abdi-Nya. Ada banyak hal yang harus kubenahi dalam perjalanan perjuangan ini. Aku sadar ada kebiasaan, kelekatan, dan beragam hal lainnya yang terbawa, terbentuk, terwariskan dari keluarga pelan-pelan harus kutinggalkan dan ditanggalkan.
Dalam perjuangan untuk setia sebagai abdi Tuhan, aku harus mengenakan cara hidup sebagai manusia baru. Aku juga dapatkan sebuah keluarga baru dalam Kongregasi KKS. Semangat baru menurut pola Keluarga Kudus Nasaret;Yesus, Maria dan Yosep yang mesti kukenakan. Tidak mudah, tapi aku yakin dan percaya pada kekuatan rahmat Tuhan yang telah memanggil aku dari tengah orang tua dan keluargaku lebih kuat dari kelemahanku. Kukatakan kepada Tuhan: “Tuhan, aku mengasihi orang yang sungguh mengasihi aku” dan orang yang tekun siang malam aku cari adalah ENGKAU, mutiara hatiku”.
Perjuangan yang tekun membawaku pada saat bahagia dan sukacita karena apa yang aku cari dan yang aku dambakan sudah kudapatkan. Tidak hanya Tuhan, mutiara hatiku yang kumiliki tetapi sekaligus aku secara resmi diterima, diakui menjadi bagian hidup keluarga baruku, menjadi anggota definit KKS dengan pengikraran kaul kekal. Merupakan sebuah kebahagiaan yang tak terkatakan, sebab yang hina ini menjadi pilihan Tuhan. Perjalanan hidup mencari Yesus, sahabat dan mutiara sejatiku yang sungguh berharga, hingga saat ini masih tetap kutekuni. Dia, Tuhan sandaran utama bagi hidupku. Tanpa menyertakan Tuhan, kehadiranku dalam pelayanan menjadi hampa dan tak bernilai bagi siapapun.
Dalam persekutuan dengan sesama suster KKS sebagai keluarga baru, aku tetap mengingat, berdoa, dan mengasihi orang tua dan keluargaku. Kemampuanku untuk hidup bersama, melayani Tuhan dan sesama dalam KKS, sedikit banyak telah terbekali dari rumah dan keluargaku. Aku tidak terlepas atau terpisah dari mereka, tetapi diambil dari antara mereka untuk melayani keluarga Allah. Pegangan hidupku, bukan lagi nasihat atau petuah dari orang tua, tetapi Sabda Tuhan. Kusadar Sabda Tuhan bukan sekedar pendorong ataupun penyemangat, melainkan tongkat penuntun jalan hidupku. Kusadari sebagai orang yang terpanggil, terpilih oleh Allah, diutus untuk ikut ambil bagian dalam karya keselamatan Allah. “Yesus mutiara sejatiku, kuberikan diriku seutuhnya, kupersembahkan diriku menjadi milikMu, pakailah aku menurut kehendak-Mu.” Ke manapun aku diutus, apapun bentuk pelayananku, buatlah aku semakin serupa dengan Maria, Bunda Keluarga Kudus yang selalu melalukan kehendak-Mu.*** vita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar