Bukan perkara mudah bagi pria ini untuk menerima kenyataan bahwa gadis yang dikasihinya kedapatan ‘berubah’ tidak seperti yang diharapkannya. Gadis yang dicintainya mengandung sebelum dia menyentuhnya. Pergumulan batin yang hebat mencekam nuraninya. Si jahat bergantian berupaya menawarkan berbagai alternative untuk meninggalkan gadis yang dicintainya. Gadis macam apa yang tega “ berselingkuh” sementara pria ini menanti waktu yang baik untuk mempersuntingnya? Ada apa di antara mereka? Siapakah orang ketiga yang sudah hadir antara pria dan gadis itu? Mengapa gadis itu tidak berbuat sesuatu untuk mempertahankan cintanya pada pria pilihan hatinya dan tidak berani mempertaruhkan dirinya dan kemurnian hatinya? Apakah gadis itu sudah terhipnotis atau memang selama ini tidak ada cinta dalam hatinya untuk pria ini? Mengapa semua ini justru terjadi, ketika si pria ini tidak punya pilihan lain selain gadis ini dan tidak pernah memiliki wanita lain sebagai cadangan? Mengapa semua ini mesti dialami oleh pria ini yang sudah cukup dewasa dan matang, yang siap menikah dan membahagiakan keluarga. Mengapa pria ini harus menelan pil pahit yang sungguh memahitkan rasa dan harga dirinya sebagai pria sejati?
Kesimpulan sederhana muncul dalam pikirannya, setelah semua tidak bisa menjelaskan secara tuntas apa yang terjadi pada wanita pilihannya. Meski mungkin dirasa kesimpulan ini sungguh konyol, karena sebenarnya dalam relung hatinya yang terdalam, tak sekejap pun dia sanggup hidup tanpa wanita ini. Tetapi pria ini harus tetap mengambil keputusan. Keputusan yang akan mengubah seluruh hidupnya dan masa depannya, meski dia tahu ada resiko yakni menjalani hidup dengan pahit tanpa kemanisan cinta gadis pujaannya. Mungkin ini keputusan terakhir sebelum dia sempat berpikir untuk mencari pengganti atau melarikan diri untuk menyembuhkan luka hati. Tekatnya bulat. Keputusannya matang, meninggalkan gadis itu secara diam-diam supaya si gadis yang tengah mengandung entah dari benih lelaki mana, tidak kena hukuman dari massa yang memegang teguh adat istiadat.
Malam-malam dilalui, dipenuhi dengan aneka pertanyaan tak terjawab. Dada terasa sesak, badan penat, lemah, bukan karena kelelahan bekerja keras, tetapi menanggung duka mendalam atas peristiwa yang tiba-tiba hadir dalam diri gadis yang dicintai. Mata sulit terpejam, meski badan berbaring di atas papan. Angan mengembara entah ke mana, meski sedang tidak berbuat apa-apa. Siapa sudi menolongnya dalam saat seperti ini? Hati pria ini terluka.Memikirkan luka hatinya, membuatnya tertidur lelap dan bermimpi.
Dalam mimpi orang ketiga itu hadir, dalam rupa tidak seperti anak manusia tetapi lebih tepat dikatakan sebagai utusan surgawi, malaikat. Ia menyampaikan wahyu Ilahi dengan suara tegas dan jelas penuh keyakinan dan keberanian: “ Jangan engkau takut mengambil dia sebagai isterimu. Sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.” Pria ini terjaga dan merenung, orang ketiga yang hadir di antara relasi mereka, ternyata bukan orang biasa, tapi DIA pemilik segala. Tetapi apakah pernyataan utusan surgawi ini, benar? Bagaimana pria ini tahu kebenarannya? Memang, penjelasan utusan itu sangat jelas. “Ia akan melahirkan seorang anak laki-laki.” Tidak cuma itu, utusan surgawi ini malah menegaskan :” dan haruslah engkau menamai Dia, Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” Jaminan sudah ada, tidak perlu takut. Gambaran singkat untuk menenangkan rasa manusiawinya sudah sedikit tersingkap. Janin dalam rahim gadis yang dicintai hadir karena peran Ilahi. “Tetapi siapakah diriku, sehingga harus menamai anak dalam kandungan gadis yang dicintainya itu dengan nama yang sudah disebut?” gumam pria ini dalam batinnya. Mengapa mesti pria ini, bukan pria lain?
Meski bergumul hebat dalam mimpinya, tetapi jawabannya semakin lengkap.Setidaknya pria ini sudah tahu mengapa semua itu terjadi. Persoalan lain muncul lagi, bukan manusia yang memberitahu padanya tetapi utusan surgawi. Dan tidak sekadar memberi tahu tetapi ada tugas khusus untuknya. Maka, bila semua sudah jelas, apa lagi yang mesti diragukan?
Ketika terjaga dari tidurnya, terasa semua beban lenyap. Hatinya dipenuhi dengan sukacita dan kegembiraan sebab berjumpa dengan utusan Tuhan meski cuma lewat mimpi. Dalam mimpi saja sudah luar biasa gembira, bagaimana jika seandainya semua yang dikatakan utusan surgawi itu benar. Bukankah akan terjadi kegembiraan dan sukacita yang tak terkatakan?? Tidak hanya baginya tapi bagi seisi dunia? Tanpa banyak pertimbangan lagi, pria ini memilih turut, patuh pada pernyataan utusan surgawi itu. Ia mengambil gadis itu sebagai isterinya.
Berhadapan dengan misteri Ilahi, pria ini memilih tunduk, patuh dan menyerah. Sebab pria ini tidak menemukan alasan apapun untuk melawan atau memberontak, bahkan di hadapan utusan surgawi dalam mimpi, tak sanggup dia melawan. Dia yang punya kuasa atas hidup dan mati, bertanggungjawab atas semua itu. Pria ini cuma diminta untuk taat sebab itulah satu-satunya jalan yang membuatnya tenang dan bahagia. Ketaatan pada rencana Allah adalah pilihan pria itu. Pria ini sungguh berhati mulia, meski bergumul hebat dengan derita hati akan kenyataan tetapi tetap memilih untuk taat. Dialah Yosep, suami Maria yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus. Oleh ketaatannya, dunia menikmati keselamatan. Oleh ketaannya, dunia boleh mengenal dan mengimani Yesus Putera Allah yang lahir dan dibesarkan dalam Keluarga Yosep dan Maria di Nasaret.
Oleh ketaatan Yosep, Yesus mengalami kasih kebapaan manusiawi dari Yosep secara penuh dan utuh. Oleh ketaatannya, Yesus aman, terlindungi dan selamat dalam perlindungan ayahnya. Oleh ketaataannya, Yosep beroleh sebutan manis ‘ ayah-Ku” dari Yesus Putera Allah. Oleh ketaatannya, Yosep beroleh kesempatan emas mengikuti seluruh perkembangan hidup Yesus sebagai manusia dalam rumah tangganya di Nasaret. Oleh ketaatannya, Yosep bahagia sebab dengan matanya sendiri, ia melihat keselamatan yang datang dari Allah. Oleh ketaatannya, Yosep disebut yang berbahagia, sebab tangannya sebagai pekerja keras dan tukang kayu boleh menatang dan mengendong Yesus Putra Allah. Oleh ketaatannya, Yosep berkesempatan menjadi ‘guru kerja” bagi Yesus, mengajarNya untuk tahu bekerja tangan dan patuh pada orang tua. Oleh ketaatannya, Yosep mengalami semua yang dirindukan oleh para nabi dan Bapa bangsa yakni melihat Mesias. Tidak hanya melihat, Yosep hidup bersamaNya dalam seluruhnya dan hati kebapaannya berbahagia karena dalam hanya dialah, satu-satunya yang disapa Yesus, ayahku.
Berbahagialah kita, pria dan wanita jaman kini yang mau belajar tunduk dan patuh pada rencana Allah, sebab di balik semua itu Allah hendak selalu menyatakan rencana keselamatan-Nya. Hanya mereka yang taat sampai kesudahan hidupnya dan sungguh hidup dalam rancangan Allah, menikmati buah ketaatan yakni kebahagiaan dan suakcita. Semoga masih pria dan wanita yang bersedia taat total seperti Yosep, suami Maria? Taat bukan sekadar mau mendapat ganjaran tetapi karena cinta. Sungguh karena pilihan cinta akan Allah di atas segalanya. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar