Nama « suster Dina Keluarga suci « merupakan gema dari situasi yang sedang terjadi dalam masyarakat dan gereja saat itu, sekaligus anugerah rahmat kasih Allah dalam diri Yesus Kristus yang hidup dalam Keluarga Suci.Kongregasi KKS dipersatukan dengan misteri inkarnasi : « Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita. ( Yoh 1 : 14).Karisma iman yang berpengharapan bahwa Allah sungguh hadir dan berkarya dalam segalanya, kita mampu melihat Yang Ilahi dalam hidup manusia. ( konst. 1 ).
KKS berdiri di bumi Bangka dapat dilihat dalam dua faktor yang saling berkaitan yakni adanya panggilan dan cita-cita membangun Gereja setempat dan adanya kebutuhan akan kesaksian hidup dan tenaga.Permohonan tiga pemudi Tionghoa pertama untuk diperkenankan menjalani hidup membiara membangkitkan pertimbangan untuk mendirikan Kongregasi setempat. Pada jaman itu mungkin di banyak daerah misi Asia dan Afrika bukan hanya budaya, melainkan juga gaya dan cara hidup orang eropa dan penduduk setempat dirasakan cukup berbeda sehingga pimpinan Gereja memilih pemecahan dengan mendirikan Kongregasi khusus bagi panggilan setempat. Karya Gereja yang sedang tumbuh mangandung dinamika pengembangan yang membutuhkan sumber daya manusia.Bagi karya Gereja, para biarawan-biarawati bukanlah hanya tenaga kerja, melainkan pertama-tama kesaksian hidup yang sangat memperkaya Gereja dan sekaligus merupakan sumber daya manusia yang menyerahkan diri sepenunya bagi Kerajaan Allah. ( sejarah KKS hal 5 – 6)
Dari namanya , KKS yang bersemangatkan Keluarga Kudus, Yesus, Maria dan Yosep, berperan besar terhadap keluarga. Hal ini tumbuh dari karisma pendiri Mgr. Vitus Bouma, SSCC yang sangat prihatin dengan keadaan keluarga-keluarga danmasyarakat Bangka-Beliton pada masa sebelum dan pasca Indonesia merdeka.
Pada masa itu, terjadi kemerosotan kualitas hidup dalam keluarga dalam berbagai dimensi. Banyak keluarga hidup dalam nilai-nilai moral yang buruk : mabuk-mabukan, perjudian yang tersebar luas, anak-anak banyak terlantar yang ditinggalkan orang tuanya kembali ke Tiongkok khususnya anak perempuan. Pendidikan dan kesehatan yang memprihatinkan dengan tenaga pendidik dan tenaga medis dan saranya yang belum memadai. Dalam keluarga Kristiani, iman yang belum berakar dalam sehingga mudah untuk kembali ke kepercayaan semula.
Hati Mgr.Vitus Bouma, SSCC tergerak untuk membantu masyarakat dan keluarga. Terinspirasi dengan Keluarga Kudus Nasaret dan sejalan dengan kerinduannya untuk mendirikan Gereja setempat dengan mendirikan Kongregasi pribumi. Cita-cita Beliau terwujud dalam Kongregasi Suster Dina Keluarga Suci, meski Beliau sendiri tidak pernah melihat dan menyaksikan perkembangannya. Tetapi harapan, impian dan usahanya pada awal mula dilanjutkan oleh penerusnya. Harapan Mgr.Bouma agar Kongregasi pribumi itulah yang akan membantu pelayanan Gereja dengan mendidik anak-anak dan kaum wanita dan membawa masuk spiritualitas Keluarga Kudus Nasaret ke dalam lingkungan keluarga-keluarga di Bangka-Beliton. ( direct. KKS no.2 ).
Sesuai dengan harapan Mgr.Bouma ini, para suster berupaya sekuat tenaga untuk memelihara dan menumbuhkan nilai-nilai luhur hidup keluarga, karena pada masa sekarang pun terjadi perlakuan buruk terhadap anak-anak. Banyak anak kurang mendapat perhatian dan kasih sayang.Dalam dunia remaja, pendidikan iman dan moral masih lemah. Nilai sacramental dan hidup perkawinan dan keluarga meluntur, kecendrungan poligami dalam keluarga kristiani semakin meningkat, yang kerap berakhir dengan perpisahan yang berakibat anak terlantar dan keluarga berantakan.
Khasanah warisan, karisma dan spiritualitas KKS yang selalu direnungkan para suster, memperhadapkan para suster untuk selalu sadar bahwa karya pelayanan yang diemban baik dalam bidang pendidikan di sekolah mulai dari kelompok bermain, TK, SD, SMP, asrama siswa SMP maupun di bidang social dengan adanya panti lansia, home care ( perawatan lansia di rumah ) juga kerasulan lainnya bermuara pada pelayanan untuk keluarga.Kedekatan dengan keluarga hanya dapat diwujudkan dengan membangun relasi dan komunikasi dengan keluarga-keluarga melalui kunjungan keluarga. Keluarga anak-anak dan keluarga para lansia di panti juga menjadi perhatian utama para suster.
Memang masalah keluarga sudah ada sejak dulu dan sekarang serta selamanya akan tetap ada. Dengan kapasitas yang sedikit dan pelayanan sederhana, para suster tidak melakukan hal-hal besar, hanya mempunyai hati untuk saling mendengarkan keluh kesah keluarga, membantu yang bermasalah bila sungguh membutuhkan, hadir untuk keluarga pada saat penting baik dalam keadaan suka maupun duka. Sekolah dan Panti lansia hanya sarana bagi para suster untuk bertemu langsung dan berkomunikasi dan melayani keluarga. Untuk hal ini tidak segan-seganpara suster bisa ‘dilihat seolah-olah sebagai baby di sister play group atau pramurukti di Panti”. Tidak ada sesuatu yang keliru, karena memang suster KKS yang juga berasal dari keluarga, ada dan hadir juga untuk keluarga.*** hm
Sr, baik kalau web ini diupdate
BalasHapus