Rabu, 28 April 2010

KKS DARI dan UNTUK KELUARGA


 

Nama « suster  Dina Keluarga  suci «  merupakan gema dari situasi yang sedang terjadi dalam masyarakat dan gereja saat itu, sekaligus  anugerah rahmat kasih Allah dalam diri Yesus Kristus yang hidup dalam Keluarga Suci.Kongregasi KKS  dipersatukan dengan  misteri inkarnasi : «  Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita. ( Yoh 1 : 14).Karisma iman yang berpengharapan bahwa Allah  sungguh hadir dan berkarya  dalam segalanya, kita mampu melihat Yang Ilahi dalam hidup manusia. ( konst. 1 ).

KKS  berdiri  di  bumi  Bangka  dapat  dilihat  dalam dua faktor yang saling berkaitan yakni adanya panggilan dan cita-cita membangun Gereja setempat  dan adanya  kebutuhan akan kesaksian hidup dan tenaga.Permohonan tiga pemudi Tionghoa pertama untuk diperkenankan menjalani hidup membiara membangkitkan pertimbangan untuk mendirikan Kongregasi setempat. Pada  jaman itu mungkin di banyak daerah misi Asia dan Afrika bukan hanya budaya, melainkan juga gaya dan cara hidup orang eropa dan penduduk setempat dirasakan  cukup berbeda sehingga pimpinan Gereja memilih pemecahan dengan mendirikan Kongregasi khusus bagi panggilan setempat. Karya Gereja yang sedang  tumbuh mangandung dinamika pengembangan yang membutuhkan sumber  daya manusia.Bagi karya Gereja, para biarawan-biarawati bukanlah hanya tenaga kerja, melainkan pertama-tama kesaksian hidup yang sangat memperkaya Gereja dan sekaligus merupakan sumber  daya manusia yang menyerahkan diri sepenunya bagi Kerajaan Allah. ( sejarah KKS hal 5 – 6)

Dari namanya , KKS  yang bersemangatkan Keluarga  Kudus, Yesus, Maria dan Yosep, berperan besar  terhadap keluarga. Hal ini  tumbuh  dari  karisma pendiri Mgr. Vitus  Bouma, SSCC yang  sangat  prihatin dengan keadaan keluarga-keluarga  danmasyarakat  Bangka-Beliton pada masa sebelum dan pasca Indonesia merdeka.

Pada masa itu, terjadi kemerosotan kualitas  hidup dalam keluarga dalam berbagai dimensi. Banyak keluarga hidup dalam nilai-nilai moral yang buruk : mabuk-mabukan, perjudian yang tersebar luas, anak-anak banyak terlantar yang ditinggalkan orang tuanya kembali ke Tiongkok khususnya anak perempuan. Pendidikan dan kesehatan  yang memprihatinkan dengan tenaga  pendidik dan tenaga medis  dan saranya  yang belum memadai. Dalam keluarga Kristiani, iman yang belum berakar  dalam sehingga  mudah untuk kembali ke  kepercayaan semula.

Hati Mgr.Vitus Bouma, SSCC tergerak untuk membantu masyarakat  dan keluarga. Terinspirasi  dengan Keluarga Kudus Nasaret dan sejalan dengan kerinduannya untuk mendirikan Gereja setempat dengan mendirikan Kongregasi  pribumi. Cita-cita Beliau terwujud  dalam Kongregasi Suster  Dina Keluarga  Suci, meski Beliau sendiri  tidak pernah melihat dan menyaksikan perkembangannya. Tetapi harapan, impian dan usahanya pada awal mula  dilanjutkan oleh penerusnya. Harapan Mgr.Bouma agar Kongregasi pribumi itulah yang akan membantu pelayanan Gereja dengan mendidik anak-anak dan kaum wanita dan membawa masuk spiritualitas Keluarga Kudus Nasaret ke dalam lingkungan  keluarga-keluarga di Bangka-Beliton. ( direct. KKS no.2 ).

Sesuai dengan  harapan Mgr.Bouma ini, para suster berupaya sekuat tenaga untuk memelihara dan menumbuhkan nilai-nilai luhur hidup keluarga, karena pada masa sekarang pun terjadi perlakuan  buruk terhadap anak-anak. Banyak anak kurang mendapat perhatian dan kasih sayang.Dalam dunia remaja, pendidikan iman dan moral masih lemah. Nilai sacramental dan hidup perkawinan  dan keluarga meluntur, kecendrungan poligami dalam keluarga kristiani semakin meningkat, yang kerap berakhir  dengan perpisahan yang berakibat anak terlantar dan keluarga berantakan. Para jompo dan lanjut  usia mengalami situasi sulit yakni kurang mendapat perhatian dan pelayanan dari anak-anaknya, sering ditelantarkan dengan alasan kesibukan. Para  suster  sebagai hamba Tuhan yang  siap sedia menjadi “tampilah Keluarga Kudus Nasaret” berbagi dengan keluarga yang menderita. ( Direkt.KKS no.3)

Khasanah warisan, karisma dan spiritualitas  KKS  yang selalu direnungkan para suster, memperhadapkan  para suster  untuk selalu sadar  bahwa  karya pelayanan yang  diemban baik dalam bidang pendidikan di sekolah mulai dari kelompok bermain, TK, SD, SMP, asrama siswa SMP maupun di bidang  social  dengan adanya panti lansia,  home care  ( perawatan lansia  di rumah ) juga kerasulan lainnya bermuara  pada pelayanan untuk keluarga.Kedekatan dengan keluarga hanya dapat diwujudkan dengan membangun relasi dan komunikasi dengan keluarga-keluarga  melalui kunjungan keluarga. Keluarga  anak-anak dan keluarga para lansia  di panti juga menjadi perhatian utama para suster.

Memang masalah keluarga sudah ada sejak dulu dan sekarang serta selamanya akan tetap ada. Dengan kapasitas  yang sedikit  dan pelayanan sederhana, para suster  tidak melakukan hal-hal besar, hanya mempunyai hati untuk saling mendengarkan keluh kesah keluarga, membantu yang bermasalah bila sungguh membutuhkan, hadir  untuk keluarga  pada saat penting baik dalam keadaan suka maupun duka. Sekolah dan Panti lansia hanya  sarana bagi para suster  untuk bertemu langsung dan  berkomunikasi dan melayani keluarga. Untuk hal ini tidak segan-seganpara suster  bisa ‘dilihat seolah-olah sebagai baby di sister play group  atau pramurukti di Panti”. Tidak ada sesuatu yang keliru, karena memang suster KKS  yang juga berasal dari keluarga, ada dan hadir  juga untuk keluarga.*** hm

1 komentar: