Selasa, 25 September 2012

Antara Berjuang dan Berserah



 Saya teringat pertanyaan seorang bapak dalam pertemuan beberapa waktu lalu. Meskipun baru dua kali bertemu, pertanyaannya bagiku amat menyentuh. “Suster, apa sich  rahasia hidup suster dalam biara. Suster  bekerja  tidak punya gaji, atau katakanlah gajinya kecil, hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Suster punya karya yang juga kecil, dengan fasilitas sarana seadanya. Apakah Suster  tidak cemas? Dalam pelayanan apakah Suster ingin maju dan berkembang? Kalau misalnya Suster  hendak menggolkan sebuah proyek, apa yang paling pertama Suster lakukan?” Wah… wach..pertanyaan bertubi-tubi padahal maksudnya hanya satu, rahasia  hidup Suster. Belum sempat  saya menjawabnya, bapak tersebut menambahkan begini. “ Suster, saya rasa hidup suster , pastor atau biarawan, rohaniwan dan kami kaum awam ini banyak beda.” “Menurut Bapak, apa yang berbeda?” tanyaku padanya. “Bedanya adalah hidup suster penuh penyerahan, sedangkan hidup kami awam penuh perjuangan.” Jawab bapak itu. Bapak ini kemudian bercerita panjang lebar tentang perjuangannya. “Kalau untuk membuka usaha baru atau membuka  cabang  di tempat  tertentu untuk memperluas usaha, kami harus hitung dengan cermat, berapa banyak dana yang disiapkan, berapa keuntungan nantinya, bagaimana kelangsungannya. Kalau Suster, saya amat-amati, kalau tidak salah, tidak begitu berjuang, tapi hanya menyerah, berserah. Eh… tahu-tahu, ada yang membantu. Entah membantu berpikir, membantu mengerjakan, membantu macam-macam. Menarik sekali hidup seperti ini, kok bisa yach…saya tak habis pikir” cerita bapak itu.
Tiba giliran saya mulai menceritakan dari pengalaman selama ini dan isi otak saya. “ Kami juga berjuang,Pak dengan sekuat tenaga. Juga berpikir, berencana apa yang bisa dilakukan dalam pelayanan untuk semakin menjangkau banyak orang. Tetapi kami juga realistis, berpikir dan berencana banyak pun, kalau tidak ada modal dana, juga tidak bisa berbuat apa-apa. Kami juga sadar, apa yang kami lakukan bukan karya kami, tetapi karya Tuhan. Karena itu kami selalu berdoa, menyerahkan kepada Tuhan.Kalau terinspirasi rencana demikian, dibawakan dalam doa, baik doa pribadi maupun bersama. Memohon petunjuk Tuhan, apakah sesuai kehendak Tuhan? Jangan-jangan kehendak diri sendiri. Dari pengalaman, kalau memang kehendak Tuhan, pasti ada jalan. Akan selalu bertemu dengan orang yang bersedia membantu dalam banyak hal. Nach… kami yakin bahwa Tuhan memang menghendakinya sehingga Tuhan sendiri bertindak mengutus orang-orang-Nya untuk melakukan karya-Nya.”
Bapak ini bergumam: “ Wach… luar  biasa. Tidak usah berjuang banyak yach., cukup menyerahkan semuanya.” Kataku : “Sebenarnya tidak hanya menyerah, tapi  berjuang penuh penyerahan diri dan percaya kepada Tuhan penuh pengharapan”. Tentang dana atau uang, bapak ini menimpali : “ Memang di dunia ini uang bukan segala-segalanya tetapi segalanya perlu uang”. Sedikit bergurau, dengan mengingat SMS yang pernah masuk ponselku aku berseloroh : “ Kami punya banyak uang, cuma masih ada di saku baju orang”. “Nach,,, yang diperjuangkan adalah bagaimana supaya uang itu, pindah dari kantong orang ke kantong kami. Karena tidak mungkin kami mencuri, juga meminta yang amat butuh perjuangan, yach..yang paling mudah kami minta adalah pada Tuhan, dalam doa-doa. Meski tidak sebanyak yang diingini, tetapi kami alami, Tuhan selalu memberi menurut kebutuhan kami, tepat bahkan kadang sedikit lebih.”.
Berawal dari kekaguman sederhana, cerita kami jadi panjang lebar dan bermuara pada sharing iman tentang kebaikan Tuhan. Yach… ujung-ujungnya kami mengakui, bahwa Tuhan memang memberikan kepada setiap orang sesuai kemampuannya. Tuhan menolong orang tepat  sesuai waktu Tuhan. Tuhan memberikan dengan kebebasan penuh. Tuhan dapat menggugah hati orang yang empunya untuk berbagi dengan yang membutuhkan. Kalau Tuhan, yang menggerakkan hati seseorang, hampir tak mungkin orang itu berdiam diri dan tidak siap berbagi dengan sesamanya. “Makanya dalam hidup ini harus pandai-pandai dan dekat dengan Tuhan, yach  Suster. Aku juga mau dekat dengan Tuhan,…demikian Bapak itu menyimpulkan sambil bergurau.
Kisahku ini cuma mau menegaskan bahwa dalam segalanya kalau berharap pada Tuhan, semuanya akan indah pada waktunya. Berdoa banyak, melayani banyak dengan penuh cinta kasih. Membantu banyak tanpa pamrih, akan peroleh berkat berlimpah dari Tuhan. Kalau Bapak itu saja, akhirnya menemukan sendiri rahasia  hidup para suster yakni doa yang terus-menerus dan teratur  yang membuat para suster tergantung penuh pada Tuhan, berbahagialah kita yang memang  melayani Tuhan dengan puji-pujian, doa dan amal kasih kita. Kalau berdoa sekali dua kali saja, uang  di saku baju orang bisa pindah ke tangan kita, yakinlah bahwa berdoa dengan penuh iman, tidak jemu-jemu, tidak saja bermaksud memindah uang orang, tetapi terutama untuk memuliakan Tuhan. Kalau Tuhan dimuliakan, tidak mustahil akan berpindah juga perbendaharaan  rahmat-Nya yang melimpah dari surga ke rumah kita, komunitas kita dan hati kita. “  Jika kamu yang jahat  tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di surga! Ia akan memberikan Roh Kudus, kepada mereka yang meminta kepada-Nya ( Luk.11 :13 ). ***hm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar