Saya teringat
pertanyaan seorang bapak dalam pertemuan beberapa waktu lalu. Meskipun baru dua
kali bertemu, pertanyaannya bagiku amat menyentuh. “Suster, apa sich rahasia hidup suster dalam biara. Suster bekerja
tidak punya gaji, atau katakanlah gajinya kecil, hanya cukup untuk
kebutuhan sehari-hari. Suster punya karya yang juga kecil, dengan fasilitas
sarana seadanya. Apakah Suster tidak
cemas? Dalam pelayanan apakah Suster ingin maju dan berkembang? Kalau misalnya
Suster hendak menggolkan sebuah proyek,
apa yang paling pertama Suster lakukan?” Wah… wach..pertanyaan bertubi-tubi
padahal maksudnya hanya satu, rahasia
hidup Suster. Belum sempat saya
menjawabnya, bapak tersebut menambahkan begini. “ Suster, saya rasa hidup
suster , pastor atau biarawan, rohaniwan dan kami kaum awam ini banyak beda.”
“Menurut Bapak, apa yang berbeda?” tanyaku padanya. “Bedanya adalah hidup
suster penuh penyerahan, sedangkan hidup kami awam penuh perjuangan.” Jawab
bapak itu. Bapak ini kemudian bercerita panjang lebar tentang perjuangannya.
“Kalau untuk membuka usaha baru atau membuka
cabang di tempat tertentu untuk memperluas usaha, kami harus
hitung dengan cermat, berapa banyak dana yang disiapkan, berapa keuntungan
nantinya, bagaimana kelangsungannya. Kalau Suster, saya amat-amati, kalau tidak
salah, tidak begitu berjuang, tapi hanya menyerah, berserah. Eh… tahu-tahu, ada
yang membantu. Entah membantu berpikir, membantu mengerjakan, membantu
macam-macam. Menarik sekali hidup seperti ini, kok bisa yach…saya tak habis
pikir” cerita bapak itu.
Tiba giliran
saya mulai menceritakan dari pengalaman selama ini dan isi otak saya. “ Kami
juga berjuang,Pak dengan sekuat tenaga. Juga berpikir, berencana apa yang bisa
dilakukan dalam pelayanan untuk semakin menjangkau banyak orang. Tetapi kami
juga realistis, berpikir dan berencana banyak pun, kalau tidak ada modal dana,
juga tidak bisa berbuat apa-apa. Kami juga sadar, apa yang kami lakukan bukan
karya kami, tetapi karya Tuhan. Karena itu kami selalu berdoa, menyerahkan
kepada Tuhan.Kalau terinspirasi rencana demikian, dibawakan dalam doa, baik doa
pribadi maupun bersama. Memohon petunjuk Tuhan, apakah sesuai kehendak Tuhan?
Jangan-jangan kehendak diri sendiri. Dari pengalaman, kalau memang kehendak
Tuhan, pasti ada jalan. Akan selalu bertemu dengan orang yang bersedia membantu
dalam banyak hal. Nach… kami yakin bahwa Tuhan memang menghendakinya sehingga
Tuhan sendiri bertindak mengutus orang-orang-Nya untuk melakukan karya-Nya.”
Bapak ini
bergumam: “ Wach… luar biasa. Tidak usah
berjuang banyak yach., cukup menyerahkan semuanya.” Kataku : “Sebenarnya tidak
hanya menyerah, tapi berjuang penuh
penyerahan diri dan percaya kepada Tuhan penuh pengharapan”. Tentang dana atau
uang, bapak ini menimpali : “ Memang di dunia ini uang bukan segala-segalanya
tetapi segalanya perlu uang”. Sedikit bergurau, dengan mengingat SMS yang
pernah masuk ponselku aku berseloroh : “ Kami punya banyak uang, cuma masih ada
di saku baju orang”. “Nach,,, yang diperjuangkan adalah bagaimana supaya uang
itu, pindah dari kantong orang ke kantong kami. Karena tidak mungkin kami
mencuri, juga meminta yang amat butuh perjuangan, yach..yang paling mudah kami
minta adalah pada Tuhan, dalam doa-doa. Meski tidak sebanyak yang diingini,
tetapi kami alami, Tuhan selalu memberi menurut kebutuhan kami, tepat bahkan
kadang sedikit lebih.”.
Berawal dari
kekaguman sederhana, cerita kami jadi panjang lebar dan bermuara pada sharing
iman tentang kebaikan Tuhan. Yach… ujung-ujungnya kami mengakui, bahwa Tuhan
memang memberikan kepada setiap orang sesuai kemampuannya. Tuhan menolong orang
tepat sesuai waktu Tuhan. Tuhan
memberikan dengan kebebasan penuh. Tuhan dapat menggugah hati orang yang
empunya untuk berbagi dengan yang membutuhkan. Kalau Tuhan, yang menggerakkan
hati seseorang, hampir tak mungkin orang itu berdiam diri dan tidak siap
berbagi dengan sesamanya. “Makanya dalam hidup ini harus pandai-pandai dan
dekat dengan Tuhan, yach Suster. Aku
juga mau dekat dengan Tuhan,…demikian Bapak itu menyimpulkan sambil bergurau.
Kisahku ini cuma
mau menegaskan bahwa dalam segalanya kalau berharap pada Tuhan, semuanya akan
indah pada waktunya. Berdoa banyak, melayani banyak dengan penuh cinta kasih.
Membantu banyak tanpa pamrih, akan peroleh berkat berlimpah dari Tuhan. Kalau
Bapak itu saja, akhirnya menemukan sendiri rahasia hidup para suster yakni doa yang
terus-menerus dan teratur yang membuat
para suster tergantung penuh pada Tuhan, berbahagialah kita yang memang melayani Tuhan dengan puji-pujian, doa dan
amal kasih kita. Kalau berdoa sekali dua kali saja, uang di saku baju orang bisa pindah ke tangan
kita, yakinlah bahwa berdoa dengan penuh iman, tidak jemu-jemu, tidak saja
bermaksud memindah uang orang, tetapi terutama untuk memuliakan Tuhan. Kalau
Tuhan dimuliakan, tidak mustahil akan berpindah juga perbendaharaan rahmat-Nya yang melimpah dari surga ke rumah
kita, komunitas kita dan hati kita. “ Jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada
anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di surga! Ia akan memberikan Roh Kudus, kepada
mereka yang meminta kepada-Nya ( Luk.11 :13 ). ***hm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar