Selasa, 25 September 2012

Jalan Pelayanan St.Yosep



Kita sudah merenungkan dalam edisi sebelumnya, jalan keheningan dan jalan penderitaan St.Yosep, Bapa Pelindung Keluarga Kudus Nasaret. Baik sekali kita merenungkan pula  jalan pelayanan St.Yosep dalam seluruh masa hidupnya  terutama ketika terpilih sebagai kepala keluarga Kudus, yang melindungi Maria dan Yesus Putera Allah. Setiap kita dapat merenungkan dan mengkontemplasikan, apa yang bisa kita temukan dalam diri St.Yosep yang  bekerja  dengan susah payah. Apa yang mendasari atau melandasi  motivasi dan menyemangatinya sehingga begitu setia sampai akhir  hayatnya?
Sejak kecil kita tahu, bahwa Yosep  berprofesi sebagai tukang kayu. Banyak kisah dengan berbagai versi baik melalui cerita maupun dalam film memperlihatkan kepada kita bahwa sebagai seorang kepala keluarga, Yosep sungguh bekerja keras, mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya. Suatu kewajiban umum yang harus dipikul oleh seorang pria yang telah menjadi suami bagi sang istri dan ayah bagi Sang Anak. Sebagaimana para bapak kepala keluarga lainnya, Yosep bekerja  keras dengan seluruh kemampuannya. Yang hendak kita renungkan lebih dalam dalam refleksi spiritualitas St.Yosep ini, bukan sekadar profesinya sebagai tukang kayu, namun kita mau mendalami  apa dan bagaimana serta makna jalan pelayanan St.Yosep.

Bekerja melayani Tuhan
Bekerja bagi St. Yosep adalah hal wajar dan biasa.Orang yang hidup harus bekerja.Kalau tidak bekerja janganlah ia makan, demikian St.Paulus mengingatkan kita akan pentingnya bekerja dengan keras dalam dunia ini. Secara istimewa dari berbagai sumber  dinyatakan bahwa Yosep tidak hanya sekedar mencari nafkah tetapi Yosep sungguh melayani  Allah dalam segala hal dengan seluruh kekuatan  jiwa dan raganya. Suatu pelayanan yang tidak mudah karena bukan hanya untuk memenuhi rasa lapar dan haus ragawi tetapi juga melayani Allah yang hadir dan hidup di tengah keluarganya.
Dikisahkan dalam buku Kisah Kehidupan St.Yosep, Yosep bergumul  dengan dirinya sendiri dalam derita sekaligus  sukacita besar, karena diperkenankan untuk bekerja keras “memberi makan, minum, perlindungan, tempat  tinggal yang layak” bagi Sang Putera Allah yang menjelma menjadi manusia yang ada dalam keluarganya. Kalau bekerja seperti  kebanyakan orang lainnya, tidak menjadi persoalan. Tetapi bekerja  dalam konteks melayani Tuhan, adalah sebuah penghormatan khusus bagi Yosep yang tulus hati dan sederhana ini.
Yosep menyadari sejak awal, ketika dalam mimpi diteguhkan oleh malaikat untuk tidak takut mengambil Maria sebagai istri karena anak yang dalam kandungannya berasal dari Roh Kudus, seluruh pola hidup dan pola kerja Yosep berubah menjadi sebuah bentuk pelayanan luar biasa kepada Allah yang hidup. Maka dengan penuh sukacita sekaligus  sering dengan penderitaan besar karena sebagai manusia kadang kuatir,apakah yang dilakukannya sungguh berkenan untuk  Tuhannya yang hidup dan ada di tengah keluarganya? Kekuatiran Yosep atas ketidaklayakan dirinya untuk melayani Allah, menjadikannya semakin berelasi dekat dengan Tuhan sendiri.Yosep dengan rendah hati selalu bertanya dalam keheningan batinnya, meminta petunjuk untuk memastikan apakah yang dilakukan  ini layak dipersembahkan untuk Tuhan? Dan dalam banyak hal dalam setiap pekerjaan dan pelayanannya Yosep mengalami selalu saja diteguhkan dengan rahmat berlimpah dari Tuhan sehingga pelayanannya mendatangkan sukacita besar bagi jiwanya. Sering kali Yosep bekerja sangat keras, bahkan kadang tidak ingin untuk istirahat karena menyadari, betapa bahagianya boleh melayani Tuhan.
Dikisahkan pula, betapa menderitanya Yosep ketika  berada dalam pengungsian di  Mesir, pada masa awal di tempat  asing, sulit untuk mencari pekerjaan. Bahkan oleh imanjinasi penulis cerita dalam film The Holy Family, dilukiskan Yosep hampir  tidak memiliki pekerjaan. Untung dia memiliki ketrampilan sebagai tukang kayu, namun di tempat asing, siapakah yang mengenalnya? Dengan susah payah Yosep berusaha memperkenalkan  ketrampilannya dengan menawarkan jasa membuat alat sederhana atau memperbaiki sesuatu yang rusak tanpa upah. Atas belaskasihan orang baik, Yosep diberi upah untuk dapat makan sehari bersama Maria dan Yesus. Bahkan lebih menyedihkan hati Yosep sebagai kepala keluarga karena pada saat itu, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari Bunda Maria juga bekerja rumah tangga, mengambil upah cuci sambil mengasuh Yesus kecil. Suatu gambaran  nyata sebagaimana dialami setiap rumah tangga dan keluarga di bumi ini dalam kesukaran sehari-hari. Namun seiring berlalunya waktu, atas kemurahan Allah, ketekunan dan kerja kerasnya, Allah berkenan memberkati setiap  tetes keringatnya. Apa yang dilakukannya  selalu yang terbaik, terbagus dan terindah. Tidak cuma itu, Yosep menggunakan setiap waktu hidupnya dalam berelasi dengan pelanggannya sebagai kesempatan untuk melayani mereka dengan sangat baik seperti ia melayani Yesus dan Maria.

Mewariskan semangat pelayanan kepada Yesus
Dalam Litani Keluarga Kudus kita temukan  untaian kalimat yang bagus sekali. Keluarga Kudus yang bapanya merupakan teladan pelayanan, ibunya merupakan teladan kesabaran dan Putera Ilahinya merupakan teladan ketaatan. Benar adanya, Yosep merupakan teladan pelayanan. Dengan segala cara, segenap tenaga, dengan tangannya sendiri, dikerahkan pikiran, dan tenaganya untuk melayani keluarganya. Dalam pelayanan ini,  Yosep  yang saleh dan tulus hati, tidak pernah mengeluh karena harus bekerja sendirian, tidak merasa terbeban karena bersusahpayah. Yang ada dalam pikiran dan hatinya adalah asalkan Maria dan Yesus sehat, bahagia dan penuh sukacita. Meski semakin lama kekuatan fisiknya semakin menurun, namun semangat kerjanya tetap tinggi. Patut  kita catat dalam hati kita, bahwa apa yang dilakukan oleh Yosep dengan semangat kerja dan pelayanan yang tidak kenal lelah, dilihat, diamati dan dialami oleh Yesus sendiri. Tanpa banyak kata, tapi tindakan kerja kerasnya, telah tertular kepada Yesus  yang dalam masa dewasanya kita kenal sebagai seorang manusia yang berkeliling sambil berbuat baik, yang melayani orang banyak yang datang kepada-Nya. Bahkan Injil mencatat, karena semangat pelayanan ini, makan  dan istirahat pun Yesus tidak sempat.
 Bagi Yosep, bekerja merupakan panggilan.Bekerja juga merupakan rahmat, karenanya dikerjakan penuh rasa syukur dalam persatuan dengan Tuhan, Sang Pencipta yang bekerja terus sampai sekarang.Bekerja penuh kegembiraan,sebagai ungkapan syukur, memiliki sesuatu dalam hidup untuk menghidupi keluarganya dan mengembangkan dirinya sebagai pribadi yang bermartabat dan suami serta ayah yang bertanggungjawab.
Menjadi suatu kebahagiaan besar bagi Yosep ketika menyadari Yesus kecil yang telah beranjak remaja berkenan membantunya di bengkel kayu. Tanpa  diminta dan disuruh.Mengikuti teladan ayahNya Yesus  sama trampilnya dengan Yosep. Bahkan dalam hal semangat Yesus muda, jauh lebih bersemangat dari Yusuf yang kekuatannya berangsur  surut. Seperti kebanyakan ayah di bumi ini, mereka akan sangat bahagia menyaksikan anaknya sudah bisa bekerja sendiri bahkan melanjutkan usaha ayahnya. Namun, lebih dari sekadar bekerja, Yusuf jauh lebih berbahagia ketika menyadari bahwa tidak hanya dia yang melayani Tuhan, Tuhan juga berkenan melayani dan membantunya.
Berbahagialah kita yang menyadari dengan sungguh bahwa Allah sungguh turut bekerja, membantu kita dalam setiap usaha kita. Ketika kita bekerja dengan sungguh-sungguh, melayani dengan sepenuh hati dan cinta, apa yang kurang, disempurnakan oleh Tuhan sendiri. Demikian, sudah dialami oleh Yusuf  dalam masa hidupnya bersama Yesus dan Maria di Nasaret. Bahkan Yusuf secara diam-diam belajar dari cara Yesus melakukan sesuatu yang baru dari kreativitasnya. Pelayanan Yusuf menjadi sempurna ketika Tuhan sendiri yang turut campur tangan di dalamnya.

Menyusuri jalan pelayanan St.Yosep
Yesus  belajar bekerja dan melayani dari ayah-Nya St.Yosep  sang pekerja keras. Yesus meniru  dan terlibat membantu St.Yosep. Yesus bertanya kepada Yosep, apakah yang dilakukan dan dikerjakan-Nya sudah cukup bagus? Yosep   mengajarkan segala yang baik dan perlu Yesus pelajari sebagai tukang kayu dengan lemah lembut dan penuh kasih. Manakah anak yang tidak akan rajin mengikuti ayahnya bekerja kalau ayahnya dapat mengajarkan kepadanya segala hal bahkan mempercayakan beberapa hal untuk coba dilakukan? Demikian  juga Yesus. Yesus  belajar bekerja dengan tangan-Nya dengan keringat bercucuran dan  memanfaatkan setiap kesempatan yang diberikan ayahnya.
Terkandung berbagai keutamaan dalam bekerja yang diteladankan St.Yosep antara lain, sabar, teliti, tekun, rajin, tabah. Kalau gagal, berani diulangi dan dicoba lagi. Dalam bekerja juga termuat proses belajar, dari yang sederhana menjadi   semakin mahir. Dari bekerja lamban menjadi  lebih cepat dan trampil.  Bahkan belajar untuk berkomunikasi yang baik  dengan sesama khususnya pengguna jasa pertukangan.
Yesus belajar  bekerja dari ayah-Nya  segalanya. Dalam proses itulah  Yesus bertumbuh dan berkembang sangat pesat sebagai manusia yang disukai Allah dan manusia. Belajar dari St.Yosep, Yesus memahami dengan baik bahwa orang hidup harus bekerja yang secara ekonomi  untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bekerja secara sosial, ikut serta membangun kehidupan sesama dan peradaban manusia. Secara rohani, dengan bekerja berarti memuliakan Tuhan. Secara nyata, Yesus  belajar hidup sebagai seorang manusia yang bertanggung jawab, yang suka melayani, yang memiliki hati berbelas kasih dari ayah-Nya. Sebab, selama bekerja sebagai tukang kayu, Yosep tidak pernah menetapkan harga untuk setiap barang yang dilakukan. Yosep tidak menargetkan berapa upah yang harus dibayar dan memperhitungkan secara ekonomis, untung rugi. Cukup bagi Yosep untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Berbahagialah kita, yang menyadari bahwa bekerja dan melayani adalah bagian dari hidup dan karenanya dengan penuh semangat bergiat melakukan apapun yang layak untuk hidup sendiri dan sesama. Berbahagialah kita yang mau meniru semangat kerja dari St.Yosep, pelindung para pekerja, yang tidak terlalu memfokuskan diri pada upah dan menuntut berlebihan dari yang layak kita terima bahkan dengan sedikit mengerahkan tenaga.Berbahagialah kita, yang tidak bermalas-malasan dan menunda-nunda waktu  untuk bekerja dan melayani. Yesus telah belajar yang baik dari ayah-Nya yang berbudi luhur.Yesus bertumbuh menjadi pribadi yang melayani Allah dalam ketaatan yang sempurna sampai wafat di kayu Salib. Secara manusiawi, kita boleh merenungkan bahwa semuanya terbentuk dari  pola hidup dalam keluarga Kudus sejak masa kecil-Nya yang melakukan segalanya dengan semangat kasih yang besar kepada Allah dan kepada keluarga mereka.
Jalan pelayanan St.Yosep ini, sangat indah untuk direnungkan, minimal menginspirasi kita untuk tetap bersemangat  ketika mengalami kelelahan, kegagalan dan ketidakmampuan dalam melakukan sesuatu. Kita bisa belajar banyak dari St.Yosep dalam banyak hal untuk menjadi pekerja dan pelayan Allah yang baik. Ketulusan, kejujuran, semangat, bergiat, ketekunan, kesabaran, kemurahan hati, kebaikan dan segalanya. Buah-buah Roh, tak mustahil dapat kita miliki dari sebuah proses  kerja dan melayani hari demi hari, dengan satu semangat dasar, ketergantungan yang penuh pada Allah dan keterarahan hati untuk belajar dari Allah yang selalu melayani dan memenuhi kebutuhan hidup kita, sampai selama-lamanya.***hm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar