Kita sudah
merenungkan dalam edisi sebelumnya, jalan keheningan dan jalan penderitaan
St.Yosep, Bapa Pelindung Keluarga Kudus Nasaret. Baik sekali kita merenungkan
pula jalan pelayanan St.Yosep dalam
seluruh masa hidupnya terutama ketika
terpilih sebagai kepala keluarga Kudus, yang melindungi Maria dan Yesus Putera
Allah. Setiap kita dapat merenungkan dan mengkontemplasikan, apa yang bisa kita
temukan dalam diri St.Yosep yang
bekerja dengan susah payah. Apa
yang mendasari atau melandasi motivasi
dan menyemangatinya sehingga begitu setia sampai akhir hayatnya?
Sejak kecil kita
tahu, bahwa Yosep berprofesi sebagai
tukang kayu. Banyak kisah dengan berbagai versi baik melalui cerita maupun
dalam film memperlihatkan kepada kita bahwa sebagai seorang kepala keluarga,
Yosep sungguh bekerja keras, mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya. Suatu
kewajiban umum yang harus dipikul oleh seorang pria yang telah menjadi suami
bagi sang istri dan ayah bagi Sang Anak. Sebagaimana para bapak kepala keluarga
lainnya, Yosep bekerja keras dengan
seluruh kemampuannya. Yang hendak kita renungkan lebih dalam dalam refleksi
spiritualitas St.Yosep ini, bukan sekadar profesinya sebagai tukang kayu, namun
kita mau mendalami apa dan bagaimana
serta makna jalan pelayanan St.Yosep.
Bekerja
melayani Tuhan
Bekerja bagi St.
Yosep adalah hal wajar dan biasa.Orang yang hidup harus bekerja.Kalau tidak
bekerja janganlah ia makan, demikian St.Paulus mengingatkan kita akan
pentingnya bekerja dengan keras dalam dunia ini. Secara istimewa dari berbagai
sumber dinyatakan bahwa Yosep tidak
hanya sekedar mencari nafkah tetapi Yosep sungguh melayani Allah dalam segala hal dengan seluruh
kekuatan jiwa dan raganya. Suatu
pelayanan yang tidak mudah karena bukan hanya untuk memenuhi rasa lapar dan
haus ragawi tetapi juga melayani Allah yang hadir dan hidup di tengah
keluarganya.
Dikisahkan dalam
buku Kisah Kehidupan St.Yosep, Yosep bergumul
dengan dirinya sendiri dalam derita sekaligus sukacita besar, karena diperkenankan untuk
bekerja keras “memberi makan, minum, perlindungan, tempat tinggal yang layak” bagi Sang Putera Allah yang
menjelma menjadi manusia yang ada dalam keluarganya. Kalau bekerja seperti kebanyakan orang lainnya, tidak menjadi
persoalan. Tetapi bekerja dalam konteks
melayani Tuhan, adalah sebuah penghormatan khusus bagi Yosep yang tulus hati
dan sederhana ini.
Yosep menyadari
sejak awal, ketika dalam mimpi diteguhkan oleh malaikat untuk tidak takut
mengambil Maria sebagai istri karena anak yang dalam kandungannya berasal dari
Roh Kudus, seluruh pola hidup dan pola kerja Yosep berubah menjadi sebuah
bentuk pelayanan luar biasa kepada Allah yang hidup. Maka dengan penuh sukacita
sekaligus sering dengan penderitaan
besar karena sebagai manusia kadang kuatir,apakah yang dilakukannya sungguh
berkenan untuk Tuhannya yang hidup dan
ada di tengah keluarganya? Kekuatiran Yosep atas ketidaklayakan dirinya untuk
melayani Allah, menjadikannya semakin berelasi dekat dengan Tuhan sendiri.Yosep
dengan rendah hati selalu bertanya dalam keheningan batinnya, meminta petunjuk
untuk memastikan apakah yang dilakukan
ini layak dipersembahkan untuk Tuhan? Dan dalam banyak hal dalam setiap
pekerjaan dan pelayanannya Yosep mengalami selalu saja diteguhkan dengan rahmat
berlimpah dari Tuhan sehingga pelayanannya mendatangkan sukacita besar bagi
jiwanya. Sering kali Yosep bekerja sangat keras, bahkan kadang tidak ingin
untuk istirahat karena menyadari, betapa bahagianya boleh melayani Tuhan.
Dikisahkan pula,
betapa menderitanya Yosep ketika berada
dalam pengungsian di Mesir, pada masa
awal di tempat asing, sulit untuk
mencari pekerjaan. Bahkan oleh imanjinasi penulis cerita dalam film The Holy
Family, dilukiskan Yosep hampir tidak
memiliki pekerjaan. Untung dia memiliki ketrampilan sebagai tukang kayu, namun
di tempat asing, siapakah yang mengenalnya? Dengan susah payah Yosep berusaha
memperkenalkan ketrampilannya dengan
menawarkan jasa membuat alat sederhana atau memperbaiki sesuatu yang rusak
tanpa upah. Atas belaskasihan orang baik, Yosep diberi upah untuk dapat makan
sehari bersama Maria dan Yesus. Bahkan lebih menyedihkan hati Yosep sebagai
kepala keluarga karena pada saat itu, untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari Bunda Maria juga bekerja rumah tangga, mengambil upah cuci sambil
mengasuh Yesus kecil. Suatu gambaran nyata
sebagaimana dialami setiap rumah tangga dan keluarga di bumi ini dalam
kesukaran sehari-hari. Namun seiring berlalunya waktu, atas kemurahan Allah,
ketekunan dan kerja kerasnya, Allah berkenan memberkati setiap tetes keringatnya. Apa yang dilakukannya selalu yang terbaik, terbagus dan terindah.
Tidak cuma itu, Yosep menggunakan setiap waktu hidupnya dalam berelasi dengan
pelanggannya sebagai kesempatan untuk melayani mereka dengan sangat baik
seperti ia melayani Yesus dan Maria.
Mewariskan
semangat pelayanan kepada Yesus
Dalam Litani
Keluarga Kudus kita temukan untaian
kalimat yang bagus sekali. Keluarga Kudus yang bapanya merupakan teladan
pelayanan, ibunya merupakan teladan kesabaran dan Putera Ilahinya merupakan
teladan ketaatan. Benar adanya, Yosep merupakan teladan pelayanan. Dengan
segala cara, segenap tenaga, dengan tangannya sendiri, dikerahkan pikiran, dan
tenaganya untuk melayani keluarganya. Dalam pelayanan ini, Yosep
yang saleh dan tulus hati, tidak pernah mengeluh karena harus bekerja
sendirian, tidak merasa terbeban karena bersusahpayah. Yang ada dalam pikiran
dan hatinya adalah asalkan Maria dan Yesus sehat, bahagia dan penuh sukacita.
Meski semakin lama kekuatan fisiknya semakin menurun, namun semangat kerjanya
tetap tinggi. Patut kita catat dalam
hati kita, bahwa apa yang dilakukan oleh Yosep dengan semangat kerja dan
pelayanan yang tidak kenal lelah, dilihat, diamati dan dialami oleh Yesus
sendiri. Tanpa banyak kata, tapi tindakan kerja kerasnya, telah tertular kepada
Yesus yang dalam masa dewasanya kita
kenal sebagai seorang manusia yang berkeliling sambil berbuat baik, yang
melayani orang banyak yang datang kepada-Nya. Bahkan Injil mencatat, karena
semangat pelayanan ini, makan dan
istirahat pun Yesus tidak sempat.
Bagi Yosep, bekerja merupakan
panggilan.Bekerja juga merupakan rahmat, karenanya dikerjakan penuh rasa syukur
dalam persatuan dengan Tuhan, Sang Pencipta yang bekerja terus sampai
sekarang.Bekerja penuh kegembiraan,sebagai ungkapan syukur, memiliki sesuatu
dalam hidup untuk menghidupi keluarganya dan mengembangkan dirinya sebagai
pribadi yang bermartabat dan suami serta ayah yang bertanggungjawab.
Menjadi suatu kebahagiaan besar bagi
Yosep ketika menyadari Yesus kecil yang telah beranjak remaja berkenan
membantunya di bengkel kayu. Tanpa
diminta dan disuruh.Mengikuti teladan ayahNya Yesus sama trampilnya dengan Yosep. Bahkan dalam
hal semangat Yesus muda, jauh lebih bersemangat dari Yusuf yang kekuatannya
berangsur surut. Seperti kebanyakan ayah
di bumi ini, mereka akan sangat bahagia menyaksikan anaknya sudah bisa bekerja
sendiri bahkan melanjutkan usaha ayahnya. Namun, lebih dari sekadar bekerja,
Yusuf jauh lebih berbahagia ketika menyadari bahwa tidak hanya dia yang
melayani Tuhan, Tuhan juga berkenan melayani dan membantunya.
Berbahagialah
kita yang menyadari dengan sungguh bahwa Allah sungguh turut bekerja, membantu
kita dalam setiap usaha kita. Ketika kita bekerja dengan sungguh-sungguh,
melayani dengan sepenuh hati dan cinta, apa yang kurang, disempurnakan oleh
Tuhan sendiri. Demikian, sudah dialami oleh Yusuf dalam masa hidupnya bersama Yesus dan Maria
di Nasaret. Bahkan Yusuf secara diam-diam belajar dari cara Yesus melakukan
sesuatu yang baru dari kreativitasnya. Pelayanan Yusuf menjadi sempurna ketika
Tuhan sendiri yang turut campur tangan di dalamnya.
Menyusuri
jalan pelayanan St.Yosep
Yesus belajar bekerja dan melayani dari ayah-Nya
St.Yosep sang pekerja keras. Yesus
meniru dan terlibat membantu St.Yosep.
Yesus bertanya kepada Yosep, apakah yang dilakukan dan dikerjakan-Nya sudah
cukup bagus? Yosep mengajarkan segala
yang baik dan perlu Yesus pelajari sebagai tukang kayu dengan lemah lembut dan
penuh kasih. Manakah anak yang tidak akan rajin mengikuti ayahnya bekerja kalau
ayahnya dapat mengajarkan kepadanya segala hal bahkan mempercayakan beberapa
hal untuk coba dilakukan? Demikian juga
Yesus. Yesus belajar bekerja dengan
tangan-Nya dengan keringat bercucuran dan
memanfaatkan setiap kesempatan yang diberikan ayahnya.
Terkandung
berbagai keutamaan dalam bekerja yang diteladankan St.Yosep antara lain, sabar,
teliti, tekun, rajin, tabah. Kalau gagal, berani diulangi dan dicoba lagi.
Dalam bekerja juga termuat proses belajar, dari yang sederhana menjadi semakin mahir. Dari bekerja lamban menjadi lebih cepat dan trampil. Bahkan belajar untuk berkomunikasi yang
baik dengan sesama khususnya pengguna
jasa pertukangan.
Yesus
belajar bekerja dari ayah-Nya segalanya. Dalam proses itulah Yesus bertumbuh dan berkembang sangat pesat
sebagai manusia yang disukai Allah dan manusia. Belajar dari St.Yosep, Yesus
memahami dengan baik bahwa orang hidup harus bekerja yang secara ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bekerja
secara sosial, ikut serta membangun kehidupan sesama dan peradaban manusia. Secara
rohani, dengan bekerja berarti memuliakan Tuhan. Secara nyata, Yesus belajar hidup sebagai seorang manusia yang
bertanggung jawab, yang suka melayani, yang memiliki hati berbelas kasih dari
ayah-Nya. Sebab, selama bekerja sebagai tukang kayu, Yosep tidak pernah
menetapkan harga untuk setiap barang yang dilakukan. Yosep tidak menargetkan
berapa upah yang harus dibayar dan memperhitungkan secara ekonomis, untung
rugi. Cukup bagi Yosep untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Berbahagialah
kita, yang menyadari bahwa bekerja dan melayani adalah bagian dari hidup dan
karenanya dengan penuh semangat bergiat melakukan apapun yang layak untuk hidup
sendiri dan sesama. Berbahagialah kita yang mau meniru semangat kerja dari
St.Yosep, pelindung para pekerja, yang tidak terlalu memfokuskan diri pada upah
dan menuntut berlebihan dari yang layak kita terima bahkan dengan sedikit
mengerahkan tenaga.Berbahagialah kita, yang tidak bermalas-malasan dan
menunda-nunda waktu untuk bekerja dan
melayani. Yesus telah belajar yang baik dari ayah-Nya yang berbudi luhur.Yesus
bertumbuh menjadi pribadi yang melayani Allah dalam ketaatan yang sempurna
sampai wafat di kayu Salib. Secara manusiawi, kita boleh merenungkan bahwa
semuanya terbentuk dari pola hidup dalam
keluarga Kudus sejak masa kecil-Nya yang melakukan segalanya dengan semangat
kasih yang besar kepada Allah dan kepada keluarga mereka.
Jalan pelayanan
St.Yosep ini, sangat indah untuk direnungkan, minimal menginspirasi kita untuk
tetap bersemangat ketika mengalami kelelahan,
kegagalan dan ketidakmampuan dalam melakukan sesuatu. Kita bisa belajar banyak
dari St.Yosep dalam banyak hal untuk menjadi pekerja dan pelayan Allah yang
baik. Ketulusan, kejujuran, semangat, bergiat, ketekunan, kesabaran, kemurahan
hati, kebaikan dan segalanya. Buah-buah Roh, tak mustahil dapat kita miliki
dari sebuah proses kerja dan melayani
hari demi hari, dengan satu semangat dasar, ketergantungan yang penuh pada
Allah dan keterarahan hati untuk belajar dari Allah yang selalu melayani dan memenuhi
kebutuhan hidup kita, sampai selama-lamanya.***hm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar