Selasa, 25 September 2012

Berdoa Tanpa Kenal Musim




Dalam suatu misa malam Minggu, saya sangat terdorong untuk mengunjungi seorang bapak yang sedang terbaring lemah  di rumah sakit.Tanpa menunda sepulang gereja saya mampir di rumah sakit. Ada banyak yang membezuk bapak itu, istri anak dan keluarga besarnya ada di sekitar ruangan luar, bapak itu sendirian di tempat tidur, sedang tidur. Lama saya menunggu sambil berdoa.Mungkin karena merasa ada orang, bapak itu membuka mata dan menatap saya sambil bergumam lirih. “ Terima kasih, Suster. “ Selanjutnya bapak ini bersharing dengan suara sangat pelan tentang pengalaman imannya menghadapi sakit.
“Suster, tolong doakan saya, tanpa henti. Proses pengobatan saya masih lama. Saya percaya Tuhan akan menyembuhkan saya seperti yang selalu saya alami. Saya harus jalani semua bagian dari hidup saya dengan penuh ketenangan dan syukur.Pengalaman sakit membawa saya lebih menaruh harapan pada Tuhan.Sekarang sepertinya saya melayani Tuhan melalui pengalaman sakit ini dan doa-doa saya selain memohon kesembuhan juga supaya iman saya semakin teguh, anak-anak saya semakin diberkati Tuhan. Saya yakin, Tuhan punya rencana indah untuk saya dan keluarga dibalik pengalaman sakit ini. Paling sedikit mendekatkan keluarga saya pada Tuhan. Suster, benarkan kita tidak hanya melayani Tuhan dalam situasi yang sehat segar bugar, tetapi situasi sakit juga bisa melayani Tuhan?” Saya hanya mengangguk dan berkata lirih ‘ Iya, benar.Kita melayani Tuhan dalam segala situasi tanpa kenal musim”. 
“Suster, pengalaman sakitku membuktikan, Tuhan sangat dekat dengan manusia ketika kita menderita. Saya merasakan sungguh. Sepertinya dalam situasi ini, yang paling Tuhan inginkan dari saya adalah selalu berada bersama Tuhan sendiri. Meski situasi sakit tidak begitu enak dan nyaman tapi saya bersyukur, mengalami Tuhan secara nyata. Saya berharap semua ini membawa kesembuhan dan pemulihan yang utuh.” Saya sangat  tersentuh dengan kalimat ini, sebuah ungkapan hati penuh iman. Tak terasa air mata saya meleleh, seperti air mata bapak itu yang tak tertampungkan. “ Suster, ingat saya dalam doa-doa suster yang sering itu, tanpa henti suster. Berbahagialah Suster yang selalu bisa dekat dengan Tuhan dalam doa-doa yang tiada henti. Suster melayani Tuhan dengan doa-doa pujian dan pengorbanan yang besar dalam pelayanan. Saya rasa Tuhan akan mendengarkan doa-doa suster untuk saya  dan untuk banyak orang.”
Selama  kunjungan itu, aku lebih banyak mendengar sharing bapak ini, yang sangat menggugah hatiku. Dalam kelemahan dan deritanya, bapak ini seolah mengingatkan akan tugas utama  dalam pelayananku yakni kesatuan dengan Tuhan dalam doa. Bapak ini merasa saya sebagai orang beruntung yang bisa selalu melayani Tuhan dalam doa pujian dan pengorbanan hidup melalui pelayanan. Sementara di sisi lain hatiku, muncul sedikit rasa malu. Aku merasa Tuhan sudah berbicara dan mengingatkan aku melalui ungkapan hati bapak yang sakit ini. Bahwa hakekat hidupku sebagai orang terpanggil, yang pertama dan utama, aku dipanggil untuk hidup bersama Tuhan, tinggal dalam hadirat Kasih-Nya. Bukan dipanggil untuk bekerja, bekerja  sampai kehabisan energi dan kelelahan.
Aku sadar, kadang  lebih tertarik untuk sibuk bekerja sampai tidak  menyisihkan waktu untuk Tuhan dalam doa, permenungan Sabda Tuhan, keheningan dan puji-pujian. Aku sadar, kadang Tuhanku mendapat hanya sisa-sisa waktu setelah aku kelelahan. Bapak itu memandang hidupku secara lain, bahwa aku yang sebagai suster  melayani Tuhan dengan doa pujian dan pengorbanan dalam pelayanan. Seharusnya aku sendiri harus menyadari hal ini, bahwa hidup yang kupilih  dengan bebas ini adalah persembahan utuh untuk Tuhan, jiwa dan raga, waktu dan setiap kesempatan untuk melayani Tuhan, tanpa kenal musim, entah musim baik dalam keadaan gembira dan sukacita atau musim kurang baik dalam menanggung sakit, kelemahan, kegagalam atau derita. Pertama dalam relasi kasih yang intim dengan Tuhan dalam doa, keheningan dengan cinta yang besar, yang  dari itu baru yang nomor dua yakni melayani sesama atas dasar  kasih kepada Tuhan dan dalam kesatuan dengan Tuhan. Terima kasih, Tuhan. Sekarang aku tahu, bahwa Tuhan telah berbicara  dan mengingatkan aku lewat sharing pengalaman bapak yang sakit ini. Semoga Bapak yang sakit ini terpulihkan dan aku boleh melayani Tuhan dalam doa-doa dan persembahan hidupku.***hm


Tidak ada komentar:

Posting Komentar