Dalam suatu misa
malam Minggu, saya sangat terdorong untuk mengunjungi seorang bapak yang sedang
terbaring lemah di rumah sakit.Tanpa
menunda sepulang gereja saya mampir di rumah sakit. Ada banyak yang membezuk
bapak itu, istri anak dan keluarga besarnya ada di sekitar ruangan luar, bapak
itu sendirian di tempat tidur, sedang tidur. Lama saya menunggu sambil
berdoa.Mungkin karena merasa ada orang, bapak itu membuka mata dan menatap saya
sambil bergumam lirih. “ Terima kasih, Suster. “ Selanjutnya bapak ini
bersharing dengan suara sangat pelan tentang pengalaman imannya menghadapi
sakit.
“Suster, tolong
doakan saya, tanpa henti. Proses pengobatan saya masih lama. Saya percaya Tuhan
akan menyembuhkan saya seperti yang selalu saya alami. Saya harus jalani semua
bagian dari hidup saya dengan penuh ketenangan dan syukur.Pengalaman sakit
membawa saya lebih menaruh harapan pada Tuhan.Sekarang sepertinya saya melayani
Tuhan melalui pengalaman sakit ini dan doa-doa saya selain memohon kesembuhan juga
supaya iman saya semakin teguh, anak-anak saya semakin diberkati Tuhan. Saya
yakin, Tuhan punya rencana indah untuk saya dan keluarga dibalik pengalaman
sakit ini. Paling sedikit mendekatkan keluarga saya pada Tuhan. Suster,
benarkan kita tidak hanya melayani Tuhan dalam situasi yang sehat segar bugar,
tetapi situasi sakit juga bisa melayani Tuhan?” Saya hanya mengangguk dan
berkata lirih ‘ Iya, benar.Kita melayani Tuhan dalam segala situasi tanpa kenal
musim”.
“Suster,
pengalaman sakitku membuktikan, Tuhan sangat dekat dengan manusia ketika kita
menderita. Saya merasakan sungguh. Sepertinya dalam situasi ini, yang paling
Tuhan inginkan dari saya adalah selalu berada bersama Tuhan sendiri. Meski
situasi sakit tidak begitu enak dan nyaman tapi saya bersyukur, mengalami Tuhan
secara nyata. Saya berharap semua ini membawa kesembuhan dan pemulihan yang
utuh.” Saya sangat tersentuh dengan
kalimat ini, sebuah ungkapan hati penuh iman. Tak terasa air mata saya meleleh,
seperti air mata bapak itu yang tak tertampungkan. “ Suster, ingat saya dalam
doa-doa suster yang sering itu, tanpa henti suster. Berbahagialah Suster yang
selalu bisa dekat dengan Tuhan dalam doa-doa yang tiada henti. Suster melayani
Tuhan dengan doa-doa pujian dan pengorbanan yang besar dalam pelayanan. Saya
rasa Tuhan akan mendengarkan doa-doa suster untuk saya dan untuk banyak orang.”
Selama kunjungan itu, aku lebih banyak mendengar
sharing bapak ini, yang sangat menggugah hatiku. Dalam kelemahan dan deritanya,
bapak ini seolah mengingatkan akan tugas utama
dalam pelayananku yakni kesatuan dengan Tuhan dalam doa. Bapak ini
merasa saya sebagai orang beruntung yang bisa selalu melayani Tuhan dalam doa
pujian dan pengorbanan hidup melalui pelayanan. Sementara di sisi lain hatiku,
muncul sedikit rasa malu. Aku merasa Tuhan sudah berbicara dan mengingatkan aku
melalui ungkapan hati bapak yang sakit ini. Bahwa hakekat hidupku sebagai orang
terpanggil, yang pertama dan utama, aku dipanggil untuk hidup bersama Tuhan,
tinggal dalam hadirat Kasih-Nya. Bukan dipanggil untuk bekerja, bekerja sampai kehabisan energi dan kelelahan.
Aku sadar,
kadang lebih tertarik untuk sibuk
bekerja sampai tidak menyisihkan waktu
untuk Tuhan dalam doa, permenungan Sabda Tuhan, keheningan dan puji-pujian. Aku
sadar, kadang Tuhanku mendapat hanya sisa-sisa waktu setelah aku kelelahan.
Bapak itu memandang hidupku secara lain, bahwa aku yang sebagai suster melayani Tuhan dengan doa pujian dan
pengorbanan dalam pelayanan. Seharusnya aku sendiri harus menyadari hal ini,
bahwa hidup yang kupilih dengan bebas
ini adalah persembahan utuh untuk Tuhan, jiwa dan raga, waktu dan setiap kesempatan
untuk melayani Tuhan, tanpa kenal musim, entah musim baik dalam keadaan gembira
dan sukacita atau musim kurang baik dalam menanggung sakit, kelemahan,
kegagalam atau derita. Pertama dalam relasi kasih yang intim dengan Tuhan dalam
doa, keheningan dengan cinta yang besar, yang
dari itu baru yang nomor dua yakni melayani sesama atas dasar kasih kepada Tuhan dan dalam kesatuan dengan
Tuhan. Terima kasih, Tuhan. Sekarang aku tahu, bahwa Tuhan telah berbicara dan mengingatkan aku lewat sharing pengalaman
bapak yang sakit ini. Semoga Bapak yang sakit ini terpulihkan dan aku boleh
melayani Tuhan dalam doa-doa dan persembahan hidupku.***hm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar