Senin, 30 November 2009


Kasih , TUhanku, Semakin aku belajar mengenal kehendakMu, semakin aku tidak mengerti mauMu. Semakin aku berpikir, semakin dekat aku denganMu, perasaanku mengatakan begitu jauh tak terjangkau. Aku ingat, persis yang kubaca : apa yang paling perlu dalam upaya untuk melakukan kehendak Tuhan? Jawabannya sangat jelas : “ menghendaki sepenuhnya kehendak Tuhan terjadi dalam diri dan hidupku.? Dan kalimat yang pantas dalam penghendakan ini adalah kalimat mujarab dari Bunda Maria , bunda dari Nasaret “ terjadilah padaku menurut perkataanMu, atau seperti yang tertera dalam doa Bapa Kami yang diajarkan oleh sang Juruselamat : ‘jadilah kehendakMU’
Kasih, apakah yang dapat kulakukan dan bagaimana aku bisa mengenal, mengerti dan melaksanakan kehendak Tuhan bila saya ‘kurang menghendakinya “ dalam diriku? Bagaimana aku memperoleh bagian di dalamnya? Inti kekudusan, pengudusan, menguduskan terletak pada “ bagaimana melakukan kehendak Allalh, bukan kehendak diri sendiri atau bahkan Cuma sekadar perasaan diri yang subyektif.
Mengenal, mengetahui dan melaksanakan kehendak Allah, tidak begitu saja terjadi dengan serta merata dan tidak semudah yang dibayangkan.Proses panjang perlu ditempuh dengan segunung penderitaan yang tentunya menghampiri.
Pewartaan dan pelayanan yang menguduskan, bukan Cuma sekadar wacana dari kasih. Kekudusan dari sebuah pewartaan , dari sebuah pelayanan, tentu ada subyek yang menguduskannya, yakni Tuhan sendiri, Sang Yang Kudus. Mau kudus tentu seluruhnya harus selaras, sesuai dengan kemauan Yang Kudus. Bagaiman tahu , kemauannya bila aku tidak pernah menghendakinya, tidak pernah begitu tertarik untuk bertanya padanya, untuk dekat denganNya, untuk menerima apa-apa darinya? Bagaimana bisa lebih mengenal kehendakNya?
Kisah mother Teresa menjadi gambaran yang cukup jelas buatku tentang ‘berkenannya sebuah pelayanan di hadapan Tuhan” ‘ aku tidak pernah melakukan apapun yang dapat kulakukan kalau Dia tidak memintanya. Dialah yang meminta aku melakukannya dan aku melakukan semua itu. Sukacita dan kegembiraan dalam pewartaan dan pelayanan menjadi sebuah tanda nyata orang Kristen sejati. Pancaran sukacita yang sungguh mengalir keluar dari suatu kesadaran bahwa yang diwartakan dan dilayani semua itu berasal dari satu motivasi dasar sebagai ungkapan syukur atas segala yang telah diterima dari Tuhan. Saya telah diselamatkan dan dikuduskan oleh Tuhan, meski memikul kelemahan dan dosa yang tidak lebih sedikit dari orang lain.
Bila seluruh pewartaan dan pelayanan hidupku yang mengalir keluar termotivasi dari rasa syukurku atas kesematan dari Tuhan, maka segalanya tentu akan bernuansa’ terjadilah kehendakMU”.
PANGKALPINANG, 8 Nop 2009 ( dari resume refleksi hmartine)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar