Minggu, 03 Oktober 2010

KAYA DI HADAPAN ALLAH


 

Seorang  ibu sederhana  yang  sedang menggeluti  Sabda  Tuhan sebagai  santapan hariannya  pernah bertanya padaku :”Suster, Yesus  berpihak pada orang miskin, lemah dan tersingkir. Yesus  mengatakan bahwa berbahagialah orang yang miskin  di hadapan Allah. Dalam  magnificat Maria   dikatakan bahwa Ia  melimpahkan  segala yang baik kepada orang yang lapar dan menyuruh orang kaya  pergi dengan tangan hampa. Yesus kan datang untuk semua orang, baik kaya maupun miskin, tetapi sepertinya  Yesus lebih berpihak pada orang miskin.Bukankah Yesus  tidak membenci orang  kaya?  Bukankah orang menjadi kaya  karena berkat Tuhan. Bagaimana ya, bingung  juga.”

Dengan sedikit  pemahaman kucoba menjelaskan pada ibu  yang  berniat baik ini bahwa  persis  seperti pemahamannya, Tuhan  berpihak kepada semua orang baik kaya maupun miskin. Yesus mencintai orang kaya  juga orang miskin. Yesus  tidak membenci pribadi seseorang karena  sedikit atau banyaknya harta  yang dimiliki. Tetapi yang dikecam Yesus  adalah  sikap hati seseorang entah dia miskin atau kaya, tetapi  hanya mementingkan dirinya sendiri, tidak peduli dengan orang lain. Ada banyak orang kaya  yang rela berbagi, juga  orang miskin  yang meski berkekurangan  bisa  berbagi dengan sesama. Tentu kita  tidak menutup kenyataan ada orang yang  begitu kaya raya  tetapi  tidak peduli  dengan  orang lain bahkan saudara-saudaranya sendiri.  Sikap orang  yang seperti ini   yang dikecam Yesus.

Pembicaraan kami  di tengah pasar itu berakhir.Ibu itu kelihatan puas dengan jawabanku.  Pertanyaan ibu ini  tentang  paham kemiskinan dan kekayaan dalam  Injil menginspirasiku  untuk  mendalami dan  merenung  lebih dalam.

 

Allah sumber  kekayaan

 

Semua  manusia  tanpa kecuali  membutuhkan  harta  benda  untuk kelangsungan hidup. Kebutuhan pokok berupa  sandang, pangan, papan mutlak perlu. Sarana prasarana lain juga diperlukan untuk mendukung manusia  dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun  ada pemahaman bahwa dengan memiliki kekayaan, uang atau harta lain hidup manusia  akan bahagia. Memang  benar harta benda membantu manusia  bahagia  tapi bukan satu-satunya yang membahagiakan.

Keadaan miskin atau kaya  yang  berhubungan dengan kepemilikan atas  harta  benda materi  tidak  mutlak menjadi  sumber  kebahagiaan. Sedikit  atau banyaknya  harta  selain  diperoleh karena hasil usaha kerja  keras manusia, juga merupakan anugerah dari  Tuhan. Karena itu sepantasnya  sikap  yang  perlu dibangun  adalah bersyukur  kepada  Tuhan atas kemurahan kasih-Nya yang berlimpah. Yang memberikati usaha  kita  dengan kelimpahan kekayaan-Nya  yang tidak terbatas.

Ada banyak  bentuk ungkapan syukur  atas   kemurahan Tuhan. Antara lain  membangun sikap saling berbagi dengan sesama saudara  yang  kurang beruntung, yang hidup dalam kekurangan. Keadaan kurang beruntung  banyak  bentuknya antara lain, kurang  kebutuhan dasar sandang, pangan papan. Kurang  memperoleh kesempatan mengenyam pendidikan karena terjepit situasi yang serba sulit. Kurang  cinta dan  kasih sayang  yang sangat  dibutuhkan untuk  membuat seseorang mengalami  kebahagiaan secara penuh di dunia ini.

Setiap bentuk berbagi  dengan yang berkukurangan hendaknya  dilandasi kasih.  Kasih merupakan  hakakat  Allah sendiri. Orang yang hidup dalam kasih, hidup  dan berada dalam kelimpahan Allah yang kaya raya. Bila kasih yang  menjadi  fundamen seluruh sikap berbagi manusia  baik materi maupun moril, maka kekayaan anugerah Allah yang tak terbatas, akan semakin berbuah dan memperkaya  hidup  rohani seseorang.Bahkan darinya  akan memancar  kemuliaan wajah Allah. Karena Allah berkenan dikenal dalam diri  orang-orang yang  ikut ambil bagian dalam  karya kasih dan keselamatan-Nya.

 

Persahabatan memperkaya  nilai – nilai kehidupan

 

Tidak semua  orang mampu mengembangkan sikap berbagi hidup  untuk memperkaya  kehidupan sesamanya. Ada  pemahaman bahwa  sesama  adalah  sesame saudara, keluarga, orang-orang dekat. Namun sebagai orang  beriman, Yesus telah mengajarkan bahwa sesama adalah  setiap  orang yang membutuhkan  pertolongan, yang sedang dalam keadaan tidak  berdaya baik materi, moril maupun rohani. ( Luk  10 : 36 – 37 ). Sebaliknya  kita pantas  disebut  sesama  oleh  orang lain, bila  kita menunjukkan kasih  kepada mereka.

Persahabatan, persaudaraan, kelompok-kelompok, oraganisasi tertentu yang   dibentuk manusia  dalam usaha mencapai  tujuan tertentu dan mengalami kebahagiaan  berkembang subur dalam masyarakat  kita. Persahabatan yang  baik  member nilai-nilai positif kehidupan. Di sana tumbuh sikap saling melayani, saling peduli dan menaruh kasih. Persahabatan yang demikian yang diimpikan setiap orang, yang  dapat  saling memperkaya hidup pribadi maupun bersama.

 

Panggilan untuk menyadari kemiskinan rohani

 

Memperkaya  hidup sesama  merupakan panggilan   hidup  beriman. Hidup  seorang beriman tidak dilandaskan atas  harta kekayaan duniawi semata, yang memang  kita perlukan, tapi  diletakan atas  dasar  rasa  syukur dan kasih yang besar  kepada  Tuhan, Sang  sumber  dan pemberi kehidupan. Hidup beriman  adalah hidup dalam  Tuhan yang  bermuara  dan bersumber  dari  Tuhan. 

              Hidup dalam Tuhan berarti hidup yang pertama-tama bukan bagi diri sendiri tetapi bagi orang lain dan kemuliaan Allah. Hidup dalam Tuhan adalah hidup yang mematikan keegoisan, hidup yang mematikan kesenangan pribadi, hidup bagi mereka yang membutuhkan uluran kasih, hidup yang tahu kemanakah kita harus melangkah dan berjalan, hidup yang tidak mengejar kekayaan duniawi semata, tetapi hidup yang mencari kekayaan rohani. Inilah hidup seorang yang kaya di hadapan Allah.  Inilah hidup yang sejati yaitu hidup dimana semua orang boleh merasakan kekayaan rahmat dan kasih karunia Allah melalui apa yang kita bagikan kepada sesama kita.

              Dengan merasakan kekayaan rahmat  Allah, kita  akan semakin dimampukan untuk selalu  sadar   akan kemiskinan diri kita  secara  rohani, yakni  kehausan  akan kasih sayang sesame dan dahaga  yang  tak terpuaskan di dunia  ini  akan kehadiran dan kasih Allah yang menetap dalam hati kita.

 

 

Panggilan untuk rendah hati

 

Orang  yang  berani  hidup dan memperkembangkan kehidupannya  dalam tuntutan tangan Allah  yang kaya  raya dengan  peduli pada  sesama, membangun dalam dirinya  suatu sikap batin yang  berkenan di hadapan Allah yakni rendah hati. Orang beriman dipanggil untuk  bersikap rendah hati satu sama lain, sebagaimana  Tuhan sendiri  sangat  rendah hati dalam segala  hal.Tuhan yang  mau memperhatikan dan melimpahkan segala yang baik kepada  kita  menurut  ukuran pemberian-Nya.

Sikap  rendah hati memungkinkan   tersedianya  tempat  di hati  yang lebih luas  bagi Allah  dan tempat  yang lebar dan lapang  bagi sesama. Orang yang tinggi hati , mempersempit  ruang bagi Tuhan untuk berkarya dan karenanya  sulit baginya  untuk   membangun sikap yang sesuai kehendak Allah. Bagaimana mungkin seseorang  dapat  berlaku baik dan memperkaya hidup sesamanya, jika    untuk Tuhan saja   hampir  tidak punya tempat.

 

Hidup dalam kelimpahan kekayaan Allah

 

Dalam dunia masa  kini, banyak orang beriman   terpengaruh dan terjebak dengan konsep  hidup duniawi yang mengumpulkan harta kekayaan duniawi sebanyak mungkin  sampai lupa apa yang mesti  diupayakan sebagai investasi ke surga. Kekayaan duniawi sangat baik dan bagus. Namun  kekayaan  rohani, jauh lebih baik dan bagus, yang  tidak akan layu ditelan musim, tak akan lekang oleh waktu, tidak dicuri orang  atau dimakan ngengat  atau karat  dan using karena usia. Kekayaan yang  berupa  perbuatan kebajikan dan keutamaan  yang memperkaya  hidup sesame dan menyenangkan hati Tuhan.

Bagaimana menginvestasi  modal  diri  untuk  menjadi kaya  di hadapan Allah? Tidak ada cara lain yang lebih tepat  selain membuat diri menjadi miskin di hadapan Allah, miskin dalam roh. Artinya  membangun sikap batin yang rendah hati di dalam Allah. Selalu bersyukur  bahwa  yang  dipunyai dan diijinkan Tuhan  dimiliki secara materi di dunia  ini, semuanya  berasal dari Tuhan. Milik Tuhan  yang dipinjamkan dan dipercayakan  oleh Tuhan pada  kita untuk  dikembangkan.

Yesus mengingatkan orang beriman  untuk berjaga-jaga dan waspada  terhadap segala ketamakan. Sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung  dari  hartanya  itu.” Yesus  juga mengisahkan perumpamaan  tentang  orang kaya yang bodoh  yang menimbun harta  sedemikian banyaknya, tetapi kemudian  mati konyol  di tengah kekayaannya. Lukas 12 : 13 – 31. Yesus  juga memuji bahagia  orang  yang miskin di hadapan  Allah. Yesus  juga menghendaki agar kita  tidak kuatir  dengan banyak perkara duniawi yang kadang kurang penting yang bisa menjerat  dan membelenggu kita, sampai  tidak punya  daya  untuk  menjadi  kaya  di hadapan Tuhan.

Pilihan  hidup   yang  terbaik  sebagai  orang beriman adalah  merayakan hidup  di hadapan Allah  dengan  kepedulian pada  sesama  yang  didasarkan pada  kasih akan Allah  dan kehendak baik untuk memperkaya hidup sesame demi kebaikan bersama. Sehingga   di antara kita, tidak ada  yang  hidup  dalam kemewahan yang berlebihan sementara  saudaranya  mati kelaparan atau merana  karena kemiskinan dalam berbagai bentuk yang tiada taranya. Yesus datang  supaya  kita  hidup bahkan  hidup  dalam kelimpahan.  Yesus telah  menjadi miskin karena kita, supaya  kita menjadi  kaya dalam nama-Nya.***

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar