Jumat, 01 Oktober 2010

SOMBONG


 

“Prak gedebraaak”   salah satu bunyi yang menyadarkan aku bahwa  si sombong  terlalu  percaya diri”

Waktu itu jarum jam menunjukkan pukul 17.15 WIB. Si  sombong  bersama rombongan  pergi menuju  rumah Tuhan untuk  menunaikan ibadat mingguan. Si sombong bersama rombongan menempuh perjalanan ke   gereja dengan sepeda mini. Ketika mulaui memegang sepeda untanya, si sombong mulai berpikir, inilah saatnya aku mau  menunjukkan sikapku bahwa aku juga tidak gengsi naik sepeda.Jarum jam terus berputar menunjukkan waktu semakin dekat  misa  dimulai.Si sombong  mengayuh sepeda dengan riang gembira.

Dalam perjalanan hampir  si sombong  selalu menunjukkan kebolehannya dengan melepaskan tangan sebelas seraya menggoyangkan badan tanda bahwa  ia tetap energik meski sudah lama tidak mengendarai sepeda. Misa  dimulai.Dengan napas  tak  beraturan serta keringat bercucuran si sombong mengikuti  misa  dengan baik. Si sombong  mengikuti misa dengan hati yang sombong. Misa selesai, si sombong  dan rombongan pulang ke rumah.

Di tengah jalan si sombong kembali  beraksi menunjukkan kebolehannya, melepaskan sebelah tangan seraya mengayun-ayunkan buku doa yang dibawanya. Untuk ketiga kalinya si sombong menunjukkan kebolehannya dengan menyebrang  jalan yang bukan jalurnya.Si sombong yakin bahwa dirinya  mampu untuk mengatasi  untuk mengatasi segala kemungkinan yang akan terjadi. Bertepatan ketika  si sombong menyusuri  jalur  jalan lain, ia mulai merasa adanya teguran halus dalam hati : “turun saja, jalan kaki”. Tetapi sisi lain hati si sombong menjawab : “ ah, jalanan sepi,  kok disuruh berjalan, tak mau ah”. Si sombong  tetap mengayuh sepedanya.

Tiba di persimpangan jalan  terdengar suara : “ praak, gedebrak”. Si  sombong terkejut  dan bertanya : “ada apa ,ya?”.Sejenak kemudian si sombong baru sadar bahwa dirinya  jatuh terbanting  di jalan, terluka dan sakit sekali. Dalam kesakitan si sombong sadar bahwa  dosa kesombongan membawa sengsara  belaka. Kini  si sombong dalam keadaan tak berdaya, hari-hari dilalui  dengna merenung dan berkata “ Tuhan, ampunilah aku” sembari menunggu waktu menyembuhkan luka dan sakit  karena sombong.***   vita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar