Rabu, 05 Oktober 2011

HARAPAN DALAM KETIDAKBERDAYAAN

Sudah enam bulan aku bergulat dengan diriku sendiri. Seolah-olah syarafku memberontak dan menuntut agar aku memperhatikannya. Reaksi yang bukan main menyakitkan sehingga air mata pun mengalir tiada terbendungkan. Raga tak kuasa menahan sakit, bergerak saja susah, ingin rasanya melepaskan apa saja yang menyentuh tubuhku. Reaksi spontan aku memberontak dan bertanya mengapa…… oh mengapa semua ini terjadi?

Kehidupan ini seolah berhenti dan aku sendiri merasa tidak berguna, tidak ada yang mengerti malahan membiarkan, cuek. Segala rencanaku seolah-oleh gagal berantakan karena keadaanku ini.Cukup lama aku tidak dapat menerima kenyataan ini dan seribu satu pertanyaan muncul dalam diriku. Bukannya aku yang harus membantu Kongregasi malahan merepotkan sesama, membutuhkan dana, waktu, tenaga ekstra untuk melayaniku dan sampai kapan?? Inilah yang membuat aku semakin tersiksa karena aku juga masih mau memberi diri dengan tulus hati.

Melalui pengalaman ketidakberdayaan karena sakit ini, Tuhan berkarya dan memampukan aku untuk mendengarkan sabda-Nya. Rencanamu bukan rencana-Ku. Barangsiapa mau menjadi murid-Ku harus memikul salibnya dan mengikuti Aku. Tuhan menyapaku lewat permenungan akan penderitaan-Nya yang luar biasa untuk menyelamatkan aku. Karena cinta-Nya penuh, murni dan tulus untukku. Setelah sekian lama, kesadaran ini membuat aku dengan mantap , tenang, bersujud dan menyerahkan diriku kepada-Nya. Tuhan, perbuatlah pada diriku menurut kehendak-Mu.

Kurenungkan jalan derita Yesus. Yesus sumber kekuatan dibuat tidak berdaya oleh dosa manusia supaya aku yang tidak berdaya ini dikuatkan. Sejak kesadaran ini bertumbuh dalam diriku, aku tidak menangis, tidak berontak ataupun bertanya-tanya lagi. Malahan aku tergerak untuk menyatukan, mempersembahkan deritaku dengan derita Yesus untuk aneka ujud doa maupun silih. Setiap hari kupersembahkan silih untuk segala kekurangan dan dosa serta bersyukur.

Aku sadar selalu ada kesempatan untuk berbagi dalam hidup bersama dalam komunitas maupun masyarakat. Banyak kesempatan membuat aku semakin terdorong dan berani berbuat sesuatu dengan sebaik-baiknya dan tulus hati. Aku boleh merasakan seolah dunia dan segala isinya menjadi begitu dekat dan aku semakin dapat merasakan keprihatinan Bunda Maria menjadi keprihatinanku juga. Kurenungkan pesan-pesan Bunda Maria dalam penampakan-penampakannya menjadi begitu hidup dan menantang aku. Aku yakin berkat doa Bunda Maria, aku mulai lebih mampu menata diri dan masuk dalam diriku agar aku sungguh menjadi seperti yang Tuhan kehendaki.

Pengalaman penderitaanku yang sebelumnya kurasakan tak tertahankan akhirnya menjadi sebuah jalan di mana kuyakini Tuhan mempunyai rencana indah bagiku, bagi setiap orang. Damai-Nya tinggal dalam hatiku, menguatkan dan mendorong aku untuk semakin menjadi seperti Dia, sewaktu hidup-Nya di dunia yakni menjadi seorang manusia yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik. Aku juga yakin berkat dukungan dan perhatian sesama yang setia mendoakan aku, sehingga aku yang tidak berdaya menerima kekuatan dari Sang Sumber Daya Ilahi untuk mengambil bagian dalam hidup ini seturut ukuran pemberian dan rencana-Nya. Aku yakin, melalui semua pengalamanku, Tuhan menunjukan jalan bagiku untuk menemukan harapan hidup dalam Dia yang kutahu sangat mengasihi aku.*** M.Dolorosa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar