Rabu, 05 Oktober 2011

WANITA YANG B ERTANGGUNG JAWAB

Kita menemukan dalam realita hidup banyak orang berani menjawab “ya” berani bertanggungjawab atas jawabannya. Namun ironisnya sering bukanlah jawaban ya terhadap sesuatu yang baik, tetapi ya terhadap sesuatu yang dalam ranah moral, manusiawi dan rohani sebagai sesuatu yang tidak benar dan baik. Kalau harus bertanggung jawab terhadap sesuatu yang tidak baik, sudah sepantasnya, tetapi bertanggungjawab atas ya yang diberikan kepada seseorang yang memberinya tugas di luar kemampuan dan keinginannya tetapi bisa dilaksanakan dengan baik, tidak hanya dapat dipandang sebagai sebagai prestasi tetapi sebuah kemenangan kasih.

Dalam refleksi ini kita mau menyorot lebih tajam, kehidupan seorang wanita yang sangat bertanggung jawab. Maria wanita dari Nasaret, yang kesederhanaannya mengagumkan.Wanita yang kuat dan perkasa yang karena kekuatan dan keperkasaan imannya menjadikannya sosok yang sangat berbahagia.

Maria, wanita yang sangat bertanggung jawab ini, dalam ranah tertentu dapat disebut seperti seorang pemimpin. Karena semangat pemimpin adalah bertanggung jawab atas semua yang menjadi tugas, kewajiban dan wewenangnya. Seorang pemimpin yang setelah merespon harus memiliki kemampuan, kesanggupan untuk bertindak. Maria memiliki kemampuan itu setelah berani merespon tawaran Allah melalui malaikat Gabriel dengan fiatnya.Aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu itu.

Meski dapat kita bayangkan bahwa respon yang diberikannya tidak memiliki jaminan apa-apa di masa yang akan datang dan Maria mungkin tidak memiliki kemampuan visioner sebagaimana yang harus dimiliki oleh pemimpin-pemimpin besar dunia, tetapi Maria memiliki antene iman dan kasih yang besar pada Allah. Maka seluruh tindakan hidupnya, setiap pilihan yang diputuskannya dia berusaha mengikuti antene imannya yang berasal dari intuisi batinnya yang hening dan budinya yang bening.

Kita sering mendengar firman, orang yang setia dan bertanggung jawab terhadap hal-hal kecil, akan diberikan tugas dan tanggung jawab dalam hal-hal besar. Kita semua meyakini, bahwa tugas untuk menjadi Ibu Juruselamat adalah tugas yang maha besar. Barangkali dapat kita katakan, keberanian Tuhan memberi Maria tugas sebesar itu, karena Dia yang maha tahu yang menyelami batin dan menenun pikiran dalam akal budi, tahu bahwa dalam segala hal secara sempurna Maria setia pada-Nya.

Wanita ini berani menerima tugas maha besar itu. Jawaban fiatnya yang heroic tidak dimulai dari kesanggupannya karena merasa bisa sebagaimana terjadi pada para pemimpin kita yang sadar betul akan kemampuan dirinya. Tetapi wanita ini merespon tawaran Allah, diawali dengan kesadaran diri sebagai hamba yang hanya tahu apa yang harus dilakukannya menurut kehendak tuannya. Maka bisa kita pastikan bahwa rasa tanggungjawabnya muncul dan memampukannya sanggup melaksanakan semua yang dikehendaki Allah semata-mata karena ketergantungannya secara penuh, utuh pada Allah yang sangat dipercayainya sebagai sosok yang menjamin seluruh hidupnya dan tidak akan mengecewakannya.

Wanita ini bertanggungjawab atas tugasnya sebagai ibu yang dari hakekatnya dapat mengandung, melahirkan, menyusui, merawat, membimbing.Wanita ini tahu, bahwa saat mengandung adalah saat terpenting untuk menjaga kandungannya karena sejak dalam kandungan si janin sudah dapat merasakan semua yang sangat menentukan kehidupan janin di kemudian hari. Karena itu, wanita ini mengatur pola pikir, pola rasa dan tindakannya sebaik mungkin agar suasana ini mendukung perkembangan janin dalam rahimnya. Wanita ini membawa janin dalam kandungannya menyusuri daerah yang cukup jauh untuk mengunjungi saudaranya Elisabet untuk berbagi kasih dan kegembiraan dan melayani saudaranya yang sedang membutuhkan pertolongan. Penginjil Lukas mencatat, pertemuan kedua wanita, Maria dan Elisabet membawa sukacita yang besar bagi kedua janin, Yesus dan Yohanes dalam rahim mereka.

Menarik untuk kita renungkan, sejak masih dalam rahimnya Maria telah menanamkan semangat berbagi kegembiraan dan sukacita, semangat missioner kepada janinnya. Secara manusiawi kita katakan, tidaklah mengherankan jika Yesus nantinya berkembang menjadi seorang manusia yang berkeliling sambil berbuat baik dan mewartakan yang baik. Tanggung jawab wanita ini sebagai ibu telah dimulai sesaat setelah dia berani merespon tawaran Allah.

Ketika si janin masih dalam rahim dan bahkan sudah sampai genap waktunya untuk melahirkan, wanita ini bersama Yosep suaminya tetap bersikukuh taat pada peraturan pemerintah bangsanya untuk mengadakan sensus penduduk di daerah asalnya, Betlehem. Bisa dibayangkan, banyak kesulitan dalam perjalanan.Wanita yang bertanggungjawab ini, tidak memikirkan dirinya sendiri. Bersama suaminya, dia tunjukan rasa tanggung jawabnya sebagai seorang warga Negara, taat dan patuh pada peraturan, bahkan tidak meminta kemudahan atau dispensasi, seperti yang biasa kita lakukan.Perjalanan panjang, melelahkan,menanggung kesakitan dan penderitaan berani ditempuh. Wanita ini secara tidak langsung mengajarkan dan menularkan semangat juang, keberanian untuk bertahan dan menderita kepada si janin. Tidak mengherankan ketika dewasa secara manusiawi dapat kita pandang, kekuatan dan ketahanan Yesus untuk memikul salib yang berat dalam perjalanan menuju Golgota telah mulai terbentuk dan terlatih sejak dalam kandungan ibu-Nya.

Wanita ini telah menularkan dan mengajarkan kemampuan-kemampuan tertentu kepada Puteranya sejak dalam rahimnya. Tidak cuma itu, dalam dua perjalanan panjang semasa wanita ini mengandung yakni ke Yehuda dan menuju Betlehem, tiada hentinya wanita ini mengelus perutnya dengan penuh kelembutan, mengajak bicara bayinya yang sesekali bergerak – gerak dalam rahimnya. Wanita ini bercerita tentang pemandangan indah, tentang pohon dan burung,matahari yang bersinar dengan terik dan harus berteduh. Wanita ini bercerita kepada bayi dalam rahimnya tentang orang yang lalu lalang di sekitarnya, tentang pemilik penginapan yang menolak mereka untuk berteduh dan menenangkan bayinya supaya bersabar dan tidak cepat-cepat keluar, karena masih ada cukup waktu. Wanita ini sambil mengelus perut berkisah tentang usaha ayahnya untuk mencari tempat yang layak bagi mereka untuk beristirahat. Mengajak bayinya berdoa agar Tuhan menolong dan menyelamatkan mereka. Setelah mendapat tempat untuk beristirahat meski cuma sebuah kandang hewan, wanita ini mengisahkan kepada bayinya yang sesaat lagi akan keluar untuk berdoa dan bersyukur bahwa masih ada tempat bagi mereka untuk berteduh. Wanita ini mengajak bayinya bersyukur bahwa mereka telah tiba dengan selamat dan sudah mendapatkan tempat yang nyaman. Dan bayi pun lahir. Dapat kita bayangkan dengan tangisan kegembiraan dan sukacita karena menemukan semua yang nyaman sebagaimana telah dikisahkan ibunya dalam perjalanannya.

Luar biasa sikap tanggung jawab wanita ini. Tidak heran jika di kemudian hari kita menemukan betapa Yesus putera Maria, berkembang menjadi seorang manusia yang sangat sabar, memandang dengan penuh kasih dan kelembutan, tidak punya tempat untuk meletakan kepala dalam perutusan-Nnya. Patuh dan taat pada peraturan untuk membayar pajak. Dia mudah tersentuh dan hati-Nya penuh dengan belaskasihan, karena rekaman pengalaman hidup semasa dalam rahim ibu-Nya sangat baik dan mempesona.

Wanita ini bukan pemimpin tetapi tanggungjawabnya melebihi pemimpin di dunia ini. Sebagai ibu, wanita ini sangat telaten dan memberi yang paling baik untuk anaknya sejak dalam kandungan. Kelihatannya sangat biasa, tetapi tanggung jawab besar sebagai ibu sebagaimana ibu-ibu lain yang seharusnya demikian, mendidik, membimbing dan memberikan segala nutrisi rohani dan jasmani yang baik untuk anaknya.

Bagaimana mungkin kita tidak mengagumi seluruh tindakan tanggung jawabnya. Belum apa-apa yang dapat kita renungkan. Baru dalam rahim, bagaimana kisah selanjutnya dapat kita bayangkan sendiri. Kalau kita mengira bahwa yang bertanggung jawab atas hidup ini, adalah mereka yang dipercaya sebagai pemimpin, pembesar, petinggi, sesungguhnya kita salah besar. Siapapun, yang telah menerima kepercayaan untuk hidup di dunia ini, memiliki tanggung jawab besar untuk memperkembangkan hidup sesamanya, tidak peduli siapapun dia. Berbahagialah ibu-ibu yang mengandung yang memiliki kesempatan untuk memperkembangkan hidup anaknya sejak dalam kandungannya. Berbahagialah kita yang mungkin belum atau tidak punya kesempatan untuk mengandung tetapi memiliki kesempatan untuk mewartakan bahwa tanggung jawab kita harus sudah dimulai sejak kita menjawa ya terhadap sebuah tawaran kehidupan. Semoga Bunda Maria mendokan kita menjadi pribadi yang bertanggung jawab atas panggilan hidup kita masing-masing.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar